Selasa, 06 Desember 2022

DITOLAK 'BIS SOMBONG' *

 πŸ€“πŸ€­πŸ« πŸ˜ƒπŸ˜πŸ˜†πŸ˜…πŸ˜‚πŸ€£


*Challenge 7 kelas Tafkir Batch 4 Khoiru ummah

cerita pendek real story' tema : 

*Aneh dan Lucunya Aku Ketika Marah  Tak Secara Tepat*


 DITOLAK BIS SOMBONG

Oleh. Hera Anggarawaty

STP SD KU Cimahi

Guru mapel dan ortu siswa

Ketika baru pindah ke Cimahi Tengah, saya tertarik sekali saat tahu ada bis yang melintas Bandung Cimahi di jalur utama.  Tidak ngetem, turun tertib dan cepat. Karena selama ini kalau naik angkot sering ngetem, kadang di-php sopir yang sering mengingkari tempat turun penumpang. Jadi menurunkan penumpang tidak sesuai trayeknya. Mau balik lagi lah, mau belok ke jalur satunya lagi lah, pokonya banyak alasan,sehingga membuat kesal dan memerlukan waktu perjalanan yang lama. Dengan bis yg jalurnya cenderung lurus, cepat, tanpa ngetem, tentu menjadi alternatif pilihan, dibandingkan ojeg yang mahal, apalagi ojeg perempuan masih langka. 

Singkat cerita, saya berniat mencoba menggunakan bis untuk berangkat ke suatu tempat. Setahu saya dari  gerbang kompleks perumahan yg sering sy lewati untuk sampai ke  rumah saya, bis itu selalu berhenti untuk  menaikkan atau menurunkan penumpang di dekat pohon peneduh jalan sebrang gerbang kompleks. Berdirilah saya di situ , untuk menunggu bis. 

Tidak lama kemudian bis datang, dan telunjuk kanan saya refleks memberi tanda agar bis berhenti. Ternyata bis berhenti jauh dari tempat saya berdiri, di dekat tambal ban Akhirnya saya tidak terangkut bis .  Karena bis hanya sebentar membuka pintunya, dan tdk ada penumpang yg turun. Jugatidak ada penumpang yang lain  yang mau naik. 

Lalu saya  pindah posisi di dekat tambal ban tempat tadi bis berhenti. Sekitar 15 menit kemudian bis datang. Dengan besar hati saya bersiap menyetop bis di tempat bis yg sebelumnya berhenti. Lalu saya kasih tanda dengan telunjuk saya untuk menghentikan bis. Eeh.... ternyata bis berhenti di dekat pohon peneduh tempat saya tadi berdiri. Saya tidak berusaha berlari ke arah bis. Saya fikir bis akan berhenti kembali di tempat saya berdiri sekarang, karenabis yang tadi pun berhenti. Bis kembali menutup pintunya lalu berjalan mendekati saya. Eeh pas saya stop, bis tetap melaju. Tidak berhenti. Mungkin karena bis tidak bisa berhenti 2 kali dengan jarak agak dekat dalam takaran jarak antar halte atau shelter bis, fikir saya. 

Saya ngedumel, ini bis kenapa sih. Tadi pas saya nunggu di dekat pohon peneduh, bis berhenti di dekat tambal ban. Pas saya pindah ke tempat tambal ban, eh, bisnya malah berhenti di dekat pohon peneduh, tempat tadi saya berdiri. 

Huh , sombong amat ini bis. Mana sopirnya tidak memberi kode apapun. Akhirnya saya pakai angkot. 

Sepulang dari keperluan tadi siang, saya menceritakan kejadian tadi sambil misuh-misuh ke suami. Intinya sebel sekali sama bis itu. 

Namun besoknya, saya tergelitik untuk mencoba lagi menyetop bis. Saya agak ragu. Menunggu di sebelah mana ya? Di dekat pohon peneduh atau tambal ban. Akhirnya saya pilih menunggu di antara tambal ban dan pohon peneduh. Saya juga bersiap mengerahkan energi untuk berlari mendekati bis, di manapun bis berhenti. Apakah di tambal ban atau di dekat pohon peneduh. Di sekitaran ini tidak ada tanda shelther bis.

Akhirnya bis yang ditunggu datang juga. Siap- siap, kata hati saya. Bis mendekat dan saya segera mengacungkan telunjuk memberi tanda. Sayangnya bis tidak berhenti. Sang sopir memberikan isyarat dengan mengacungkan tangan kirinya membentuk huruf C dari telunjuk dan jari jempolnya, sambil bis terus melaju. Saya bengong. Apa sih? Apakah karena ini belokan? Sehingga huruf C yang dimaksud itu menandakan belokan dan ga bisa berhenti. Tapi kenapa 2 bis di hari sebelumnya berhenti di sekitaran sini. Duh, nambah deh kesalnya. Sorenya saya cerita lagi ke suami sambil misuh-misuh kesal. Suami bilang, 'Hm.. apa ya maksud isyarat huruf C itu? " Dengan ekspresi seperti berfikir. 

"Ya, sudahlah. Besok ga akan niat naik bis. Lagi pula besok berangkat sama anak-anak. Malas nunggu bis _gaje_   ' kata saya. 

Besoknya saat akan berangkat ke kajian, saya dan 2 anak saya yang perempuan usia 8 dan 10 tahun. Saat keluar gerbang komplek saya iseng bertanya kepada mereka, " Ceu, De.. mm... mau nyoba naik bis ga? '

"Yang emak ceritakan kemarin ke Apa (Ayah)? " jawab Ade. 

"Iya." Kataku singkat, sambil terus berjalan beriringan dan bersiap menyebrang jalan. 

"Iya, Mak. Kita coba aja, " Kata Ade dan Ceuceu. 

"Mm..oke deh. " Kataku gamang. 

Akhirnya saya nunggu di dekat tambal ban. Entah kenapa, saya  percaya diri saja untuk menunggu di situ. Walaupun 2 hari sebelumnya sudah mendapatkan perlakuan 'ga jelas' dari 3 bis yang ga mau mengangkut. Tidak lama kemudian bis datang. Saya coba kasih kode menyetop lagi. Alhamdulillah bis berhenti. Dengan gembira saya ajak anak-anak naik. Pas naik, sopir bilang, " Mana kartunya, Bu? "

"Oh, pake kartu ya? Kartu apa? " Tanyaku sambil ingat belum print bukti sudah vaksin. Waktu itu banyak isu harus bawa-bawa bukti vaksin kemanapun. 

"Oh, bukan. " Kata pak sopir. 

"Kartu e money, e toll atau donlod aplikasi teman bus. " 

"Oh.maaf pak. Saya belum punya. Saya pikir bayar biasa. "

"Yuk, turun Dek, " Ajak aku ke anak-anak. 

"Oh.ngga. Ini pakai kartu e money. Tapi masih gratis. Silakan pakai kartu saya saja, lalu scan di sini. " Jelas pak sopir. 

Akhirnya nyicip naik bis ini gratis. Nyaman dan cepat. Ga pake ngetem. 

Hm... Ternyata saya ya yang kudet. Mungkin secara psikologis pak sopir bisa melihat orang yang sudah tahu info tentang bis ini sama yang ga tahu. Dari gestur cara menyetop kali yaa.Wkwkwk.

Sore harinya ngobrol lagi ke suami kejadian tadi di bis. Kata suami, " Oh, tanda C  yang diisyaratkan sopir sebelumnya itu, mungkin maksudnya _Card_. Alias kartu e money. 


"Ya. May be. " Kataku. 


🀭🀭🀭🀭🀭

Tidak ada komentar:

Posting Komentar