Senin, 29 September 2014

KEMEREMAN DAN KEDIP-KEDIP


Pada usianya yang memasuki 3 th 2 bulan, ade Najma semakin percaya diri untuk duduk di depan kalau dibonceng motor. "Ade kan sekarang sudah besar," begitu katanya. Apalagi beberapa moment ade Najma sering dibawa bapaknya ke luar dengan mengendarai motor dan Ade Najma dibonceng di depan, Apalagi Aa Mush'ab(5th 3 bln) sudah semakin tinggi sehingga kalau dibonceng di depan, sudah menghalangi jarak pandang bapaknya, dalam mengendalikan laju motor.
Namun, kebiasaan anak balita yang sering tertidur di motor, memang kadang mengkhawatirkan.Maka setiap kali akan naik motor, ade Najma selalu diingatkan,"Jangan tidur ya De, bahaya lho, nanti bisa jatuh".
"Iya, ade ga akan tidur,"jawabnya.
Pernah suatu kali tertidur, kami berhenti dulu dan membangunkannya.
"Ade, ade, ayo bangun, Ade ketiduran ya?!" kata Bapaknya.
"Ade ngga bobo, cuma kemereman," Hehe ada-ada aja istilahnya, pake kemereman segala. Akhirnya setiap kali naik motor, kami suka mengingatkannya untuk tidak tertidur di motor dengan istilahnya 'kemereman'. Jadi setiap dalam perjalanan bermotor, kami selalu mengingatkan"Ade jangan kemereman yaa..!"
Jawab ade Najma," Ngga, cuma kedip-kedip aja". Hehe..istilah baru lagi rupanya.

Minggu, 27 Juli 2014

BEDREST, SEPI, DAN KANGEN

Harus bedrest sejak hari selasa lalu,namun sulit untuk bisa 100% istirahat, makanya 2 hari lalu 2 mutiaraku diungsikan dulu ke neneknya. Namun, yang terasa justru sepi yang menyergap dalam pelukan dinginnya suhu Lembang. Apalagi para tetangga sudah mulai mudik. Sepinyaa…kangennyaa…duh.
Apalagi sebelum berangkat ade Najma (2th 11 bln) selalu bernyanyi,
"Juala adalah juala,bukan nomol 1,2,3,
kalah menang bukan masalah,
telus belusaha pantang menyelah".
Atau nyanyi salah satu bait lagunya Rumah Pensil. Ade Najma menyebutnya 'lagu surga'.
"Wahai teman-teman aku mau beltanya
siapa mau masuk sulga
kalau kamu mau, sungguh mudah calanya
kamu halus cinta Islam."
Dengan 'r' nya yg masih cadel, sungguh selalu terngiang di telinga. Belum lagi ketika mau berangkat diantar ayahnya ke rumah neneknya, sampai melewati pagar rumah kami terdengar ocehannya,"berang…kat- rangkat, berang…kat-rangkat.."Masih dg 'r' nya yg cadel.
Ocehan itu adalah ungkapan kegembiraannya, disebabkan mau berangkat diajak ayahnya naik motor, berdua. Sebab, biasanya yg selalu diajak ayahnya berangkat selalu kakaknya, Aa Mush'ab (5th). Sementara Aa Mush’ab sudah berangkat lebih dulu sebelum Jum’atan, bersama adikku (pamannya).
Ade Najma dengan pipinya yg gembil membayang saja di pelupuk mata…maklum lagi seneng makan. Sebentar-sebentar terdengar suara kulkas dibuka, kalau tidak Aa Mush’ab, ya ade najma yang buka. Seringnya Ade Najma yang buka.Atau terdengar kresek-kresek suara plastik kemasan biskuit atau kurma di atas meja makan, yang dijangkau ade Najma, lalu mengunyahnya dengan khusu’. 
Pernah dia mengambil 4 biji kurma, lalu diberikannya padaku 2 biji.”Nih, Mak, dua buat emak”. “Makan, Mak”. Dengan pandangan polosnya menatapku.
“Oh, terimakasih De, Ade baik deh,”kataku terharu
”Ini buat ade,” sambil menunjukkan 2 biji kurma lainnya. Lalu menyodorkan padaku satu biji,
” Tolong diambil bijinya,Mak!”
Dengan mata setengah terpejam, aku mengambil satu biji kurma yang disodorkannya, lalu mengeluarkan bijinya.Kemudian aku berikan kembali. “Ini, “kataku sambil menyodorkan biji kurma yg sudah dikeluarkan. Dalam temaram cahaya kamar, dan mata setengah terpejam, terlihat Ade najma memandangiku, tanpa segera mengambil kurma yg aku sodorkan.
“Tapi ade ga mau bijinya, ade mau kurmanya,” katanya.
Hihi dari situ aku baru sadar , teryata yang aku sodorkan pada ade Najma bukan daging buah kurma yang sudah dikeluarkan bijinya, tapi justru bijinya yang diberikan.
“He he he maaf De, emak kira ini daging kurmanya, tahunya malah bijinya,”kataku sambil terkekeh.
Ade najma pun tertawa, sambil berkata,”Ih, emak lupa ya?!” Pipinya yang gembil makin membulat lucu dan menggemaskan karena bentukan garis tawanya.
Kalau Aa Mush’ab tiga hari sebelumnya pernah mimpi buruk. Begitulah dia bilang. Mush’ab terbangun sambil menangis, lalu berkata sambil membangunkanku,
”Ma, Aa mimpi buruk”.
“Berdoa dulu tidak, ketika mau tidur tadi?”Tanyaku.
“Tidak,” katanya
“Makanya sebelum bobo kan emak suka bilang harus berdoa dulu, yuk, sekarang baca Ta’awudz, Aa pura-pura meludah ke sebelah kiri tiga kali, lalu berdoa, dan bobo lagi. Masih malam,”kataku. Aa menurut, lalu tertidur lagi.
Biasanya keesokan harinya selalu kutanya tentang mimpi buruknya, tetapi hari itu aku lupa, karena aku ‘sibuk’ dengan urusan bedrestku.
Pada usianya yang sudah 5 tahun, Aa Mush’ab makin banyak temannya, dan mulai jauh mainnya. Apalagi semenjak punya sepeda roda dua. Biasanya, jika dia menyebut nama teman-temannya selama ini, pasti aku tahu, yang mana anaknya.
Tapi sekarang nama teman-teman yang disebutkannya ada beberapa yang tidak aku ketahui anaknya, maka sering ketika keluar rumah bersama anak-anak dan mereka ketemu teman-temannya, selalu kutanya namanya. Ada salah satu temannya yang ini aku kenal karena dekat dengan rumah, dan pernah main ke rumah.
Anak tetanggaku yang non muslim. Aku biarkan mereka bermain selama masih dalam suasana yang tidak membahayakan aqidah anakku. Namun, pernah suatu hari, ketika anak itu main bersama Aa Mush’ab di rumah kami, ada suatu peristiwa, yang akhirnya membuat aku mewaspadai pertemanan Aa Mush’ab dengannya.
Saat itu, Aa mau minum.Lalu meminta kepadaku untuk diambilkan minum. Bang Pi (bukan nama sebenarnya), yang merupakan teman Aa.Mush’ab yang non muslim itu berkomentar,
”Kalau mau minum ambil sendiri, kalau aku suka ambil sendiri. Kamu tahu tentang cerita ‘tangan dosa’? “
Aa menoleh pada bang Pi -- Aa memanggilnya Bang karena usianya lebih tua, sudah masuk sekolah kelas 2 SD-- dan Aa seolah menunggu untuk mendengar cerita selanjutnya. Bang Pi tidak terlalu bercerita banyak, dengan gaya khas bercerita anak kelas 1 atau 2 SD yang belum sempurna, dia bercerita. Inti cerita yang berhasil aku tangkap dalam keterbataannya, menyebutkan sebaiknya ambil minum sendiri jangan merepotkan orangtua. Inipun sesudah aku ‘cut’ ketika mulai menyebut term agamanya.Ok, sejauh ini ceritanya ga ‘aneh’, namun karena dalam term non Islam maka aku mulai mewanti-wanti untuk memilih teman.
Agar Aa Mush’ab berteman dengan anak seusianya dan yang membawa kebaikan sesuai aqidah Islam. Aku juga semakin sering menanamkan tentang apa itu muslim dan non muslim pada anakku, selain menanamkan kecintaan kepada Allah dan RasulNya, serta keharusan untuk taat kepada aturan Allah dan RasulNya, tentu dengan kapasitas dia sebagai seorang anak usia 5th.
Di wilayah tempat tinggal sebelumnya, Aa Mush’ab juga pernah punya teman non muslim, tetapi seusianya dan masih polos. Dia sering main ke rumah. Namun beda dengan Bang Pi, dia sudah SD lebih tua usianya dan tentu saja telah mendapatkan ilmu tentang agamanya.
Nah, pagi-pagi sebelum berangkat ke rumah neneknya bersama pamannya, aa Mush’ab bilang padaku,”Mak, tadi Aa mimpi…mimpi Bang Pi ngaji.” “Bang Pi mau masuk Islam”. Aa mengatakannya sambil senyum padaku. Aku hanya senyum dan mengaminkan saja saat itu. Tetapi menjadi catatanku untuk mengajaknya ngobrol lagi pada saat yang tepat.
Memang Aa semakin perhatian pada lingkungannya. Kadang aku menyangka dia seperti tidak memperhatikan tetapi dari komentar-komentarnya, aku menyadari bahwa dia mangamati sekitarnya.Karena sering melihat kebiasaanku untuk segera berpakaian lengkap jilbab dan kerudung jika ada tamu laki-laki non mahrom baik itu tetangga,saudara,atau teman ayahnya ketika bertamu.Atau ketika akan keluar rumah sekalipun hanya menjemur pakaian atau ke warung, apalagi kalau pergi jauh mengantar dia sekolah atau ke pengajian, membuat dia mengamati orang-orang di sekitarnya, termasuk mengamati kebiasaan ibu-ibu tetangga kami.
Sementara tentang mengapa aku selalu berjilbab dan berkerudung ketika keluar rumah atau menerima tamu, dia sudah tahu, karena aku pernah menjelaskannya. Namun tentang saudara mahrom dan bukan mahrom, memang belum dijelaskan secara detil padanya.
Pernah Aa Mush’ab bertanya,” Mak, kenapa teteh A, kalau pergi jauh suka pake kerudung, tapi kalau pergi dekat (baca:ke rumah tetangga) ngga pake kerudung?”
“Teteh B juga kalau pergi ke pasar pake kerudung, tapi pas ke warung ga pake kerudung,”katanya lagi.
“Mungkin karena teteh A dan B belum tahu, kalau keluar rumah walau dekat juga harus pake kerudung,”jawabku
Pada kesempatan lain Aa Mush’ab juga suka bertanya,“Mak, kenapa Mamah C,kalau ada tamu kok kerudungnya ngga dipake, padahal tamunya laki-laki,Mamah C bukan orang Islam?”
“Orang Islam,mungkin mamah C belum tahu, atau mungkin tamunya itu saudaranya,” jawabku.
***
Saat Ramadhan seperti ini, menantikan Adzan maghrib yang tepat waktu, membuat kami memilih chanel televisi untuk menantikan adzan maghrib. Pernah ada chanel televisi yang menampilkan pembacaan doa buka shaum dengan menampilkan perempuan dengan kerudung yang asal nempel. Berkomentarlah Aa Mush’ab,” Mak, ini orang Islam bukan?”
“Iya, “jawabku,”Kan itu sedang membacakan doa buka shaum”.
“Tapi kok ga pake kerudung,?”Tanya Aa Mush’ab lagi. Lalu melanjutkan pertanyaannya,” Pake kerudung tapi rambutnya masih kelihatan…”
“Iya ya, mestinya rambutnya tertutup rapi,”jawabku.
“Ngga tau kali ya, Ma?”tanyanya lagi
“Iya,” jawabku.
Begitulah Aa Mush’ab, pertanyaan-pertanyaannya membuatku sebagai orangtua harus kreatif dalam menjawabnya.Kreatif dalam arti mampu menjawab pertanyaannya dengan bahasa yang mampu dia cerna sebagai seorang anak umur 5th.
Hehe..jadi cerita banyak nih. Aaaah, kangeennnn. Mutiara-mutiaraku sekarang lagi apa ya? Rasa Kangen yang membuncah, walau baru 2 hari mendorongku untuk mengsms salah satu adikku.
“Arogo teu? Kangen eung, ke anak-anaku dan ke semuanya…T-T” Demikian smsku.
Balasan sms dari adiku,”Karek ge 2 hari atuh, ogo mah henteu ngan teu daraek cicing”.
Aku Balas lagi sms adikku,”Emang begitulah,makanya ga bisa bedrest, pada aktif…calon aktivis pejuang syari’ah khilafah.Aamiin.”
 Lembah Andir,27072014-29091435
Cat: ogo=manja dalam bhs Sunda, arogo=pada manja (lebih dr 1 orang)
Eung= plesetan dari euy, kata seru dalam bhs Sunda,
Karek ge 2 hari atuh, ogo mah henteu ngan teu daraek cicing =baru 2 hari, manja sih tidak, tapi pada ga mau diam.

Jumat, 06 Juni 2014

Diary bunda : SEGI EMPAT DARI GANTUNGAN BAJU

Aa Mush'ab :"Ma, Aa mau bikin segi empat dari gantungan, minta gantungannya yaa Ma!"
"Ya, boleh". Jawab saya sambil tetap bolak balik ke dapur, membereskan jemuran dan masak.Terlintas dalam benak,"segi empat dari gantungan? Gmn caranya?" Sudahlah biarlah anakku berkreasi,pikirku.

"Tuh, Ma sudah jadi.Lihat Ma di kamar!"  Kata Aa Mush'ab sambil menyusul saya ke dapur, mengajak saya ke kamar..
"Mana lihat?".Saya mengikutinya ke kamar. Karena Bohlam lampu kamarnya putus, dengan cahaya yg remang2, jd tdk terlalu jelas terlihat. Namun bentuk segi empatnya nyata terbentuk.

"Subhanallah,Alhamdulillah Aa bisa bikin segi empat dari gantungan!" "Coba bikin lagi di luar supaya terang jadi kelihatan!"

Seperti gambar2nya yg dia buat di  program paint, Mush'ab selalu meminta kami (orang tuanya) untuk menyimpannya (save) dan memberi nama filenya.Maklum baru mau berjalan 5 th dan kami sengaja belum mengajarkannya baca tulis.Maka, untuk hasil karya lainnya selalu minta disave.  Akhirnya, dibantu Apa (ayah) gambarnya difoto untuk didokumentasikan.

"Sudah disave, Ma",kata Aa. Mush'ab.

LembahAndir06062014^_^

*baru nyadar blogku terlantar selama setahun 06062013-06062014 hiks*