Kamis, 06 Juni 2013

Mengikis Pola Konsumtif Sejak Dini

Pindahan rumah memang heboh.Tiga minggu lalu masih dlm rangka beres2, sulungku ash shollih aa mush'ab (3th 10 bln) menemukn kartu bacanya.Dengan girang ditunjukkannya pd emaknya.."nih ma kartu aa ketemu!"

Lalu dibuka salah satu serinya, yg terdiri dari aneka gambar.Setiap gambar benda yg kebetulan kami miliki, sholihku berkomentar," ini emak punya ya, ada di dapur!" Begitu setiap melihat perabotan dapur yg terdapat pada gambar tersebut. Hingga sholihku menemukan gambar microwave. Sholihku sdh kenal dg gambar itu, tapi dia tahu emaknya ga punya. "Ini mah emak ga punya, ya mak", katanya.
"ya,"jawabku.

Sekitar 2 hari kemudian, sy dan aa mush'ab pergi mengaji ke rmh salah seorang teman, ruangan yg kami tuju melintasi ruang yang di salah satu sudutnya terletak microwave.Kata Aa mush'ab," itu yg ada di gambar aa!"

"Iya, " kataku agak berbisik, agar aa mush'ab tak terlalu heboh. Tp kemudian sholihku bertanya lebih pelan suaranya dari ungkapan seru yg tadi,"emak mau beli miklowef?"

Jawabku,"kalau emak perlu dan ada uangnya, emak mau beli. tapi kalau tidak perlu ga akan beli. Emak untuk saat ini belum perlu, jd ga akan beli.Kalau tante (pemilik rmh) memerlukan microwave makanya beliau punya."

"Oh,"kata sholihku...*semoga percakapan ini terkenang hingga sholihku dewasa, bhw kita membeli sesuatu kalau perlu sj. Mengikis pola konsumtif sejak dini :)

Sabtu, 16 Maret 2013

Serupa Tapi Tak Sama

Tadi pagi,sy dg solih dan solihahku turun gunung, walau sebelumnya menanjak dulu, krn kami tinggal di sebuah lembah di dataran tinggi utara Bandung. Alhamdulillah udara bersih, air bersih dan segar, pemandangan menyegarkan dan menyehatkan mata juga, dan  tidak terlalu jauh dr jl raya. Selain itu,anak- dapat mengembangkan motorik kasar dan halusnya dg leluasa karena tersedia banyak fasilitas gratis seperti halaman luas, aneka hayati baik tumbuhan/ternak.Masjid jg cukup nyaman... banyak peluang pokoknya.

Ketika kami telah melewati beberapa menit perjalanan, naiklah 3 ibu paruh baya . Dari penampilannya, terlihat seperti hendak menghadiri suatu pertemuan, yaa..semacam arisan, reuni, atau undangan makan kali yaa. Apapun acaranya dapat diduga pasti ada acara makannya.

Beberapa menit kemudian para ibu itu celingukan seolah mencari sebuah tempat yg menjadi tujuan mereka.
"Sebelah mana ya?" "Oh,itu Rumah sosis."
"Sebrangnya, katanya." Timpal yg lainnya.
"Tapi yg mana ya..kok ga ada.""Kata ibu yg satunya lagi.
Mereka celingukan dan mulai kebingungan sementara sang angkutan umum terus melaju..tentunya semakin menjauh dari 'rambu' yg menjadi bekal panduannya.

Saya coba menanyakan tujuan mereka, barangkali saja bisa membantu.
"Kami mencari Rumah Pastel.Dimana ya?"

Rumah Pastel, penumpang seisi angkot saling pandang, dg sorot mata tidak tahu, tp berusaha mengingat tanda saling tidak mengetahui.
"Pokoknya dekat Rumah sosis, td sudah lewat," Kata si ibu yg  pandangan matanya berhasil menemukan tempat tersebut pada perjalanan td..
" Apakah yg dimaksud Risol-Risol?"Tanyaku, mencoba memastikan.
"Ah yaa..kayaknya itu," Kata ibu yg menyebutkan rumah pastel.
"Yuk turun disini saja, nanti kita jalan, "serunya.
Serupa tapi  tak sama rupanya, ;) *Mencobamenulislgdrygpalingsederhana :)

Kamis, 21 Februari 2013

5 W 1 H (Lima W satu H)

            Menulis memang mudah-mudah susah. Seringkali kita membutuhkan banyak latihan untuk dapat mulai menulis dengan  baik. Berbagai macam jenis tulisan tentulah banyak memiliki tingkat kesulitan tertentu, akan tetapi menumbuhkan kemauan dan keuletan untuk berlatih seringkali menjadi kendala utama. Teknik menulis sendiri sebenarnya dapat saja dipelajari kemudian.
            Menulis sebuah berita adalah jenis tulisan yang paling mudah, karena bahan tulisannya pun sudah jelas. Untuk menulis sebuah berita paling tidak diperlukan poin-poin yang sering disebut dengan 5W 1H, yaitu who, what, why, when, where dan how.  What, apa yang terjadi, atau ada peristiwa apa? Who, siapa yang menjadi sumber berita, siapa yang terkait dengan peristiwa tersebut. Kalau peristiwanya tabrakan, maka who di sini dapat menyangkut pelaku, saksi dan sebagainya. Why, mengapa peristiwa tersebut terjadi. Kurang lebih why berbicara tentang sebab munculnya kejadian.  When, kapan peristiwa tersebut terjadi, dan  where, dimana peristiwa itu terjadi. Sementara how adalah bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi. Jadi how ini lebih ke arah tahap demi tahap proses terjadinya suatu peristiwa.
            Untuk rekan-rekan sivitas akademika Departemen Biologi FMIPA-ITB, terutama rekan karyawan dan mahasiswa, dengan berpegang pada prinsip 5 W 1 H ini, paling tidak kita dapat mulai “iseng” menulis berita-berita di sekitar kampus kita dan hasil tulisannya dapat Anda kirimkan ke redaksi Warta. Selamat mencoba.

cat : tulisanku di warta no

Nomor 18, 20 Pebruari 2002, berhubung di rubrik selingan, jd tdk dicantumkan nama

Rabu, 20 Februari 2013

MEMBACA ALAM SEMESTA

Oleh : Hera Anggarawaty

Menikmati keindahan alam semesta bisa jadi merupakan hal yang biasa dilakukan oleh siapapun.  Kita pun seringkali merasakan kenyamanan tertentu manakala kita berada di tengah-tengah bentang alam yang indah. Jika kita sedikit   menyempatkan diri untuk “membaca”nya, maka akan dapat mengantarkan kita kepada Sang Pencipta. Itu menurut hemat penulis. Siapapun boleh saja untuk tidak sependapat. Namun, ada makna yang terkandung teramat dalam tatkala penulis membaca ayat,” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (TQS. Al Alaq :1).
Dari ayat tersebut, penulis mengambil pemahaman, mudah-mudahan tidak salah, bahwa perintah untuk membaca di sini, dimaksudkan untuk memahami sekaligus merenungkan apapun yang terpampang di hadapan kita, sehingga mengantarkan kita pada kenyataan bahwa manusia tidak mampu menciptakan semua itu kecuali Tuhan.
            Menurut penulis, sangatlah beruntung bagi orang-orang yang mempelajari ilmu alam, karena mereka diberi kesempatan lebih untuk berdekat-dekat dengan alam. Sehingga, kesempatan untuk  menemukan Tuhan lebih terbentang luas di hadapan  mereka.
            Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (TQS. Al Baqarah : 164).
Dari Firman Allah swt. tersebut, menambah keyakinan penulis bahwa memperhatikan alam semesta  memang akan lebih memberi kesempatan pada kita untuk menemukan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Penulis sendiri tidak mengkaji secara  langsung dan mendalam mengenai seluk-beluk alam. Namun, di sela-sela kesibukan dalam menentukan nomor-nomor untuk tesis, skripsi, buku  dan sebagainya, seringkali penulis perlu membaca secara sepintas isi dari buku atau laporan penelitian tersebut. Dengan demikian, kegiatan tersebut secara tidak langsung memberi kesempatan bagi penulis untuk sedikit memahami tentang Biologi sebagai ilmu yang sangat dekat dengan alam, walaupun pemahaman penulis itu masih sangat umum. Maklumlah penulis belajar Biologi secara formal hanya sampai sekolah menengah. Sisanya ya itu tadi, membaca sambilan. Yaa… hitung-hitung mempraktekkan  long life education. Karena dulu penulis pernah mendengar bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai liang lahat. Jadi selama hayat ini masih dikandung badan, berarti masih harus terus belajar.
            Kembali ke permasalahan awal, akhirnya dengan membaca sambilan  tersebut penulis sedikit mengetahui tentang rumitnya ‘pernak-pernik’ gen itu. Ada rekayasa genetika, yang penulis fikir  masih ada hal-hal yang perlu dikritisi. Penulis sedang mencoba mengkritisinya dari sudut etika Islam.  Penulis fikir walaupun awam tentang Biologi paling tidak penulis harus memiliki sikap tentang masalah ini sesuai keyakinan penulis, karena ini berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bukankah dari waktu ke waktu perkembangan peradaban itu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia? Jadi tentunya kualitas hidup yang baik sekaligus benar, itulah yang diperlukan.
Tentang masalah teori evolusi, yang penulis ketahui ada pihak yang menyatakan telah runtuh, ada pula yang masih gigih mempublikasikannya. Kita lihat saja yang mana yang akan terbukti benar.  Nah, teori evolusi yang berkaitan pula dengan teori asal mula kehidupan, nyambung sekali dengan masalah penciptaan.
Penulis juga selalu merasa tertarik untuk membaca mengenai kultur jaringan dan segala sesuatu tentang mikrobiologi. Demikian pula halnya dengan Fisiologi dan Biologi Perkembangan, tanaman obat dan yang lainnya. Jelasnya, baik bidang ilmu Biologi yang dikerjakan di laboratorium ataupun di alam terbuka dapat lebih memberi kesempatan untuk menangkap fenomena yang mengantarkan kepada Sang Pencipta.
            Contoh sederhana adalah mengenai tumbuhnya sebatang pohon. Dari mulai biji, kecambah, kemudian tumbuh daunnya lembar demi lembar. Lalu tumbuh pula cabang-cabang di sebelah kiri dan kanannya hingga menjadi pohon kecil. Akhirnya datanglah masa berbunga dan berbuah. Manusia menanam biji tersebut. Memberi pupuk, menyiangi gulma di sekelilingnya, menyiramnya dan merawatnya hingga tumbuh dengan baik. Kadang usaha untuk merawat tanaman tersebut berbanding lurus dengan hasilnya. Akan tetapi tidak jarang pula tanaman sudah dirawat dengan sangat baik, tetapi hasilnya sangat jauh dari harapan. Jadi apakah semua itu mutlak hasil manusia? Ternyata tidak.
Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata) : "Sesungguhnya kami benar-bemar menderita kerugian". (TQS. Al Waqi’ah 63-66).
Wallahu’alam.
Dimuat di : WARTA : Majalah Departemen Biologi FMIPA ITB, Nomor 18, 20 Pebruari 2002

"Tradisi" ke Perpustakaan :yang ringan yang terlupakan

            Tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar sivitas akademika sangat membutuhkan informasi penting yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ditekuninya, dan perpustakaan merupakan salah satu sarana tempat. mendapatkan informasi. Akan tetapi sesering apapun kita mendatangi perpustakaan, sering pula kita melupakan beberapa hal yang tampak sepele. Padahal, hal tersebut sangat penting dalam  menciptakan kenyamanan kita ketika mencari informasi di perpustakaan. Berikut ini adalah hal-hal yang sering terlupakan :
1.        Jika kita akan memasuki perpustakaan, alangkah baiknya jika kita membaca dahulu peraturannya, dan selanjutnya melaksanakan peraturan tersebut.
2.        Menyimpan tas di loker yang telah disediakan adalah hal penting yang tidak dapat kita abaikan, demi keamanan benda-benda yang kita bawa.
3.        Tidak berbicara keras sangat membantu terciptanya kenyamanan dan konsentrasi kita.
4.        Makan dan minum biasanya tidak diperbolehkan di perpustakaan, karena dapat mengotori ataupun membasahi bahan pustaka. Lambat laun hal tersebut akan menyebabkan tumbuhnya jamur, ataupun mengundang serangga. Akhirnya akan merusak bahan pustaka termasuk melenyapkan informasi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, akan menambah volume sampah di perpustakaan.
5.        Sebaiknya mencari bahan pustaka yang kita perlukan melalui sarana yang ada di perpustakaan, misalnya katalog atau melalui data base yang ada di komputer. Biasanya katalog dapat digunakan oleh siapapun yang datang ke perpustakaan. Adapun untuk menelusuri informasi pada data base, kita perlu bertanya dahulu kepada petugas, jika hal tersebut belum tercantum dalam peraturan yang sudah kita baca (lihat point 1). Kita perlu menanyakannya karena tidak semua perpustakaan menyediakan sarana penelusuran data base ini untuk semua pengguna.
Demikian hal-hal ringan yang sering kita lupakan, padahal sudah menjadi “tradisi” di setiap perpustakaan di manapun. Kita  perlu untuk memperhatikan (baca : melaksanakan) hal-hal tersebut, karena kebaikan dan manfaatnya adalah untuk kita juga.

catatan : tulisanku di Warta : majalah Dep.Biologi FMIPA ITB
            Nomor 17, 25 Januari 2002, krn masuknya rubrik selingan, jd tdk dicantumkan nama.

Rabu, 13 Februari 2013

DIGITALISASI PERPUSTAKAAN DEPARTEMEN BIOLOGI MENUJU KETERJANGKAUAN INFORMASI BAGI PENGGUNA

Dimuat di WARTA : Majalah Dep.Biologi FMIPA ITB

Nomor 16, 20 Nopember 2001


oleh :

Hera Anggarawaty

Perpustakaan Departemen Biologi

FMIPA-ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

 

Bukan hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa informasi merupakan salah satu kebutuhan yang termasuk penting dalam kehidupan kita. Laju perkembangan informasi sendiri ditentukan oleh dua hal, yaitu pengelolaan yang baik dan kegiatan tukar-menukar informasi. Kita seringkali mendengar bahwa perpustakaan adalah  tempat untuk mendapatkan informasi dalam  berbagai macam bentuk media, dapat berupa tercetak misalnya buku, jurnal, reprint, dan sebagainya; bahkan dalam bentuk elektronik seperti audio ataupun audio visual. Tidak hanya disimpan begitu saja, informasi itupun diolah sedemikian rupa agar mudah dalam menyimpan dan menemukannya kembali pada saat dibutuhkan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, internet dan elektronika,  ternyata perpustakaan tidak lagi hanya berupa ruangan yang di dalamnya tersimpan sekian judul buku, tetapi kini ada yang disebut sebagai Digital Library, atau Perpustakaan Digital. Menurut Wawang S. Sukarya (2001), perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai pelayanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang menggunakan informasi tersebut melalui perangkat digital atau elektronik. Obyek informasi dapat berupa ketersediaan yang langsung, misalnya dalam bentuk elektronik, atau tidak langsung yaitu masih berupa buku, namun dalam menata datanya sudah dalam format elektronik .
Ganesha Digital Library (GDL) ITB merupakan salah satu perintis perpustakaan digital di Bandung, bahkan mungkin di Indonesia yang telah diluncurkan di Bandung pada tanggal 3 Oktober 2000. GDL ITB dikembangkan oleh KMRG (Knowledge Management Research Group), CNRG (Computer Network Research Group) dan Perpustakaan Pusat ITB.   Perpustakaan digital tidak memerlukan ruangan yang besar sebagaimana halnya perpustakaan konvensional. Menurut Ismail Fahmi, ketua KMRG, sebuah komputer  pribadi (PC) atau bahkan sebuah laptop dapat dijadikan perpustakaan digital.

Perpustakaan Digital dan Tukar-menukar Informasi
            Telah diketahui secara umum bahwa di dalam perpustakaan sekian judul buku tidak ditumpuk begitu saja, tetapi diatur sedemikian rupa. Biasanya dikelompokkan menurut bidang tertentu, dengan sistem penomoran tertentu. Koleksi perpustakaan tersebut selain koleksi referen yang tidak dapat dipinjamkan, adapula yang dapat dipinjamkan kepada pengguna. Dengan adanya pelayanan peminjaman buku, maka penyebaran informasi pun terjadi. Hanya saja penyebaran informasi ini masih dalam lingkup yang sangat terbatas, karena seringkali tidak setiap orang terutama yang berasal dari luar instansi tempat perpustakaan tersebut bernaung, mendapat kesempatan yang sama untuk meminjam. Jika informasi yang dibutuhkan terletak di kota lain, waktu dan biayapun menjadi salah satu faktor yang menghambat.
Di dunia ini, tidak ada satupun perpustakaan yang sangat lengkap koleksinya, maka kerjasama antar perpustakaan atau terbentuknya suatu jaringan informasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.  Mengenai kerjasama antar perpustakaan, terdapat suatu pelayanan interlibrary loans, yaitu peminjaman antar perpustakaan sebagai salah satu wujud kerjasama antar perpustakaan. Dengan interlibrary loans ini kebutuhan informasi seorang pengguna dari suatu perpustakaan A dapat terpenuhi, walaupun informasi yang dibutuhkannya tidak dimiliki oleh perpustakaan tersebut. Dengan adanya layanan tersebut, perpustakaan A dapat meminjam koleksi yang dimaksud ke perpustakaan B.
Bentuk kerjasama perpustakaan lainnya misalnya kerjasama dalam pengadaan koleksi. Kerjasama ini merupakan jalan keluar bagi perpustakaan yang mempunyai dana yang sangat minim untuk pengembangan koleksi perpustakaannya. Ada pula kerjasama pengolahan, kerjasama  penyediaan fasilitas, kerjasama penyusunan katalog induk dan sebagainya.
Adapun mengenai jaringan informasi, ternyata pada 20 tahun silam, yaitu tepatnya pada tanggal 22-24  Juli 1971 di Bandung telah diselenggarakan suatu workshop yang berjudul “Workshop jaringan dokumentasi dan informasi ilmiah untuk Indonesia”. Dalam workshop itu diputuskan perlu adanya sistem jaringan informasi (Information Network) dan dokumentasi ilmiah. Keputusan lainnya adalah ditunjuknya Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN-LIPI) sebagai pusat informasi dan dokumentasi bidang ilmu pengetahuan teknologi (Basuki,1991; Sudarsono, 2001).
Menurut Sulistyo Basuki (1991), jaringan Informasi adalah suatu sistem terpadu dari badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis informasi, dan pusat informasi dengan tujuan menyediakan pemasukan data yang relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk keperluan masyarakat pemakai.
Dengan merujuk pada definisi jaringan informasi, maka perpustakaan digital memiliki peluang untuk pengembangan jaringan informasi yang relatif lebih baik dari jaringan informasi yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, dengan perpustakaan digital dapat lebih memungkinkan terwujudnya kerjasama antar perpustakaan secara lebih luas. Bahkan dengan perpustakaan digital siapapun dari tempat manapun akan dapat lebih mudah untuk mengetahui koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang jauh dari jangkauan tempat tinggalnya.  Adapun dengan terbentuknya jaringan kerjasama antar perpustakaan digital akan lebih memungkinkan lagi terwujudnya penyebaran  dan pemanfaatan informasi secara lebih luas, yang pada gilirannya akan mempengaruhi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada suatu masyarakat.

GDL Network dan IndonesiaDLN
            Baru-baru ini tepatnya pada tanggal 6 Juni 2001 yang lalu di Bandung, telah diluncurkan jaringan perpustakaan digital nasional yang bernama Indonesia Digital Library Network (IndonesiaDLN), dengan Ganesha Digital Library (GDL) Network sebagai salah satu sub jaringannya. IndonesiaDLN merupakan suatu sarana tukar menukar ilmu pengetahuan, yang meliputi berbagai instansi; berbagai tingkat pendidikan dari mulai play group sampai perguruan tinggi; berbagai lembaga penelitian, dan sebagainya. Pembentukan jaringan informasi ini didasari pada filosofi saling berbagi ilmu pengetahuan untuk seluruh umat manusia. Salah satu hal yang menarik dari IndonesiaDLN adalah  jaringan ini tidak terbatas pada gabungan lembaga atau institusi saja, tetapi secara individu pun dapat bergabung pada jaringan ini, bahkan warnet pun dapat bergabung.
            GDL Network sebagai sub jaringan IndonesiaDLN terdiri atas server-server perpustakaan digital yang menggunakan perangkat lunak GDL.  Perangkat lunak GDL ini merupakan perangkat lunak perpustakaan digital berbasis web pertama di Indonesia yang didistribusikan sebagai open-source dan free-software bersyarat (Fahmi, 2001). Dengan kata lain, perangkat lunak  ini dapat digunakan oleh siapapun secara gratis (tidak dikenakan biaya pembelian), dengan syarat yang bersangkutan sepakat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang dikelolanya dengan menggunakan  perangkat lunak GDL, kepada seluruh bangsa Indonesia melalui jaringan IndonesiaDLN.
            Perangkat lunak  GDL dikemas dalam tiga edisi, yang memungkinkan suatu institusi, individu, ataupun warnet dapat tergabung dalam GDL Network. GDL institution edition merupakan perpustakaan digital untuk organisasi atau institusi, seperti perguruan tinggi, lembaga riset, LSM, pemerintahan, bisnis dan lain-lain. Di dalamnya dikelola ilmu pengetahuan  yang dimiliki oleh anggota institusi yang bersangkutan.
            GDL personal edition  ditujukan bagi individu yang memiliki koleksi informasi yang cukup banyak, baik hasil karyanya sendiri maupun koleksi dari berbagai sumber, sedangkan GDL warnet edition membawa misi untuk menjadikan warnet (warung internet) sebagai perpustakaan digital yang akan mendekatkan informasi kepada masyarakat di sekitarnya.

Digitalisasi Perpustakaan Biologi FMIPA-ITB
            Setelah mengikuti serangkaian seminar mengenai perpustakaan digital yang diselenggarakan oleh perpustakaan pusat ITB sejak tahun 1999 sampai akhirnya Perpustakaan Pusat ITB bersama KMRG dan CNRG meluncurkan GDL (th. 2000) dan IndonesiaDLN (th.2001), memunculkan usulan agar perpustakaan Departemen Biologi dapat menjadi bagian dari GDL Network sekaligus juga bagian dari IndonesiaDLN.
            Usulan ini didasari pada pertimbangan bahwa Perpustakaan Biologi FMIPA-ITB merupakan salah satu perpustakaan di lingkungan ITB yang keberadaannya sangat penting artinya tidak hanya bagi civitas academica di lingkungan Departemen Biologi saja, tetapi juga dengan departemen terkait lainnya. Sebagai contoh pengguna lain di luar civitas academica Departemen Biologi cukup banyak, dan sering memanfaatkan koleksi perpustakaan Departemen Biologi.
            Dengan digitalisasi, pengguna di luar Departemen Biologi dapat mengetahui koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Biologi tanpa harus mendatangi perpustakaan, sehingga pengunjung perpustakaan Biologi akan semakin terseleksi. Karena kadang-kadang pengunjung Perpustakaan Biologi melebihi kapasitas ruangan yang tersedia.
            Pertimbangan lain adalah koleksi skripsi S1, tesis S2, dan disertasi S3, terutama lebih banyak berada di perpustakaan departemen dibandingkan di perpustakaan pusat. Selain itu, hasil-hasil penelitian yang telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit itupun kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas, karena upaya untuk mempublikasikannya masih kurang. Dengan demikian, perpustakaan digital dapat menjadi salah satu alternatif untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian tersebut.
            Sehingga merupakan satu hal yang wajar apabila perpustakaan Departemen Biologi tergabung dalam GDL Network, karena selain pertimbagan-pertimbangan di atas, perpustakaan Departemen Biologi juga merupakan salah satu perpustakaan departemen di lingkungan ITB yang secara tidak langsung menginduk  ke Perpustakaan Pusat ITB. Salah satu fungsi perpustakaan pusat adalah membina perpustakaan-perpustakaan departemen yang dilingkupinya, walaupun semua kebijakan dikembalikan lagi kepada pimpinan masing-masing departemen dan sivitas akademika-nya.*

Pustaka:
1.Basuki, S. 1991 Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

2. Fahmi, I. 2001. Pendayagunaan Digital Library Network untuk Mendukung Riset Nasional. Makalah yang disampaikan pada acara Sosialisasi GDL Network di Departemen Biologi FMIPA-ITB,

3.----------------. 2000. Peluncuran Ganesha Digital Library ITB : Pers Release. Bandung, 2 Oktober.

4. Sudarsono,B. 2000. Beberapa catatan bagi pembangunan Indonesia Digital Library Network (IDLN). Makalah Seminar Internasional Jaringan Perpustakaan Digital di Bandung, 2 Oktober.

5. Sukarya, W.S. 2001. Pengembangan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Makalah Seminar Internasional Jaringan Perpustakaan Digital di Bandung, 6-7 Juni.


Selasa, 29 Januari 2013

Mereka Memang Lahan yang Subur

Oleh :  Hera Anggarawaty

            Keponakanku memang pintar dan lucu. Sebagaiman tante yang lain pada umumnya, akupun sangat menyayanginya. Seringkali aku membawa keponakanku sejak masih balita ke berbagai pengajian yang aku hadiri. Baik bersama ibunya, yaitu adikku, atau tanpa ibunya. Bahkan seringkali ‘bedol desa’, yaitu ibuku aku ajak juga. Bahkan ketika keponakanku bertambah, aku bawa serta juga.
Pikirku dengan mengajaknya ke berbagai pengajianku, bisa diibaratkan sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Waktuku untuk menghadiri pengajian tidak terganggu, sementara keponakannu masih bisa aku ajak jalan-jalan. Aku pikir, ‘jalan-jalan’ ke pengajian atau ke masjid lebih bermanfaat dan padat ilmu.
            Pengajian interaktif paling aku sukai untuk aku kunjungi bersama keponakanku. Pada forum interaktif seperti itu, kita bisa bertanya dan berpendapat. Sehingga sekaligus dapat memberikan teladan kepada keponakanku untuk berani bicara di depan umum dan berani mengemukakan pendapat. Apalagi ketika keponakanku sudah masuk usia  Taman Kanak Kanak, forum inilah yang paling favorit untuk dikunjungi. Karena dengan cara ini, aku bisa mendorong keponakanku untuk berani berpendapat jika sedang belajar dikelasnya. Tentu saja dengan kapasitas umurnya yang masih usia TK.
             Pernah aku dengar bahwa Margareth Theacher, mantan Perdana Menteri Inggris yang terkenal dengan sebutan Kupu-kupu besi itu, sejak kecil sering dibawa oleh ayahnya untuk menghadiri forum-forum politik yang konon menjadikan dia berani dan lantang, hingga muncul julukan itu. Hal ini juga yang merupakan salah satu faktor pendorongku untuk mengajak keponakanku. Yang jelas faktor utamanya tentu saja karena perintah Allah untuk mendidik anak dengan baik dan mencintai ilmu. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya ke majlis-majlis ilmu. Bukankah Rasulullah SAW telah pula berpesan pula kepada kita umatnya, bahwa anak itu ibarat kertas putih bersih,  orangtuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Nasrani, atau Islam.
Anak-anak memang merekam peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Termasuk materi pengajian yang aku datangi. Pernah suatu saat setelah keponakanku baru selesai dimandikan, saat itu kira-kira dia berusia 3 tahun. Sekonyong-konyong dia bertanya kepadaku, “Wa, khilafah itu apa?”
Kagetnya diriku. Aku agak gelagapan juga untuk menjawabnya. Bukan berarti aku tidak tahu, tetapi aku bingung bagaimana menjelaskan kata itu dengan kata-kata yang bisa dimengerti oleh anak usia 3 tahun.
Sambil berpikir apa yang harus aku katakan, aku balik bertanya,” Neng, dengar kata itu dari mana?”
”Dari pengajian di masjid Wawa,”katanya, sambil asyik memainkan botol minyak kayu putih.
Pada saat itu yang terucap dari bibirku hanyalah,”Khilafah itu negara, Sayang.” ”Negara yang di dalamnya diatur dengan aturan Islam.” Jawabku sekenanya, sambil kuamati ekspresi wajahnya. Tetapi dari wajah keponakkanku itu tidak nampak kebingungan.
Keponakankku hanya mengatakan,”Ooh.” Entah mengerti atau tidak. Yang jelas menjadi pelajaran bagiku untuk kreatif dalam menjawab pertanyaan seorang anak. Siapapun mereka.
Pada saat yang lain diusia yang sama, pada suatu pengajian interaktif, aku memberikan pendapatku. Tetapi karena saat itu aku sedang haidh sehingga tidak bisa masuk masjid, aku hanya memberikan pendapat di pintu terdekat dengan podium. Aku lihat keponakanku memperhatikanku dengan seksama. Setelah aku selesai memberikan pendapatku, dia bertanya padaku,”Wa, kok Wawa bicaranya di luar, tante sama teteh yang lain bicaranya ke depan (ke podium)?” tanyanya heran.
Aku tertegun. Wah, bagaimana juga nih cara menjelaskannya? Kembali dengan kesadaranku yang semakin tersentuh, aku menjawab,” Karena Wawa nggak bisa masuk ke masjid, Sayang.” Dia terdiam. Tidak bertanya lebih lanjut. Kembali aku tersadarkan pada kukurangkreatifan aku selama ini. Wah…ini tidak bisa dibiarkan, bathinku. Aku harus semakin bisa menjelaskan hal apapun dengan benar, namun tetap dengan bahasa yang masih bisa dipahami anak seusia itu.
Kadang-kadang, aku juga mendapatkan giliran untuk menjadi penyampai materi. Tentu saja ini moment bagus untuk semakin baik dalam mencontohkan dan menanamkan kepercayaan diri pada keponakanku. Selain itu, aku ajak dia untuk belajar memberikan kritik yang membangun. Pernah aku sengaja meminta pendapat keponakanku ketika giliran aku menjadi penyampai materi. Waktu itu usianya 5 tahun. Memang aku tidak punya target untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan berkaitan dengan penampilanku di depan forum. Karena tidak mungkin kan anak seusia itu bisa memberikan pendapat sesuai yang kita harapkan? Terus terang aku hanya iseng saja. Hanya untuk menghabiskan waktu dalam perjalanan dari masjid ke jalan raya tempat pemberhentian kendaraan umum. Dalam perjalanan pulang, sambil ku gandeng pundak kecilnya aku bertanya,”Neng, tadi waktu Wawa bicara di depan, bagus nggak?”
Dia bilang,”Bagus.” Tapi…,”
“Tapi apa?” tanyaku lagi.
“Tapi waktu Wawa lupa harus bilang apa, Wawa jadinya bilang … euh…euh…, ga enak dengernya…pusing deh Eneng..”
Aku tersenyum mendengarnya. ”Iya tadi Wawa ada yang lupa, tapi nanti-nanti lebih wawa siapin lagi deh,…biar nggak lupa…”Kataku.
Tanpa aku sadari, Aku berjalan sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala. Ah, keponakanku, kamu memang pintar. Aku jadi teringat sebuah puisi yang pernah aku temukan dalam sebuah buku komunikasi. Sebuah puisi indah yang ditulis oleh Dorothy Law Nolte  yang menceritakan hubungan pendidikan orang tua dengan pembentukan karakter anak-anak. Saya cuplikkan sebagai bahan renungan kita bersama:
Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, Ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih-sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
(diambil dari Psikologi Komunikasi , J. Rahmat. Hlm. 102-103).




Bandung, 30 April 2007



Untuk dua bidadari kecilku : Zahra I.I dan Mumtaz N.A.

Cat:
Wawa : panggilan untuk Ua (kakak ibu/ayah), tetapi sudah dimodifikasi.
Neng/Eneng : panggilan untuk anak perempuan bagi orang Sunda.



Kamis, 17 Januari 2013

LELAKI DI KURSI UJUNG

LELAKI DI KURSI UJUNG

Oleh Hera Anggarawaty

Rona jingga mentari senja mulai terhapus di cakrawala
Kian samar
Mengiringi gelisahku
Kian resah

Ah, seseorang kan datang senja ini
Sendirikah?
Yaa  Allah, Diakah pasangan jiwaku?
Diakah belahan jiwaku?
Detik terus berlalu

Ah, dering telpon...
Diakah di sebrang sana?
Ah Ya! Sudah dekat rupanya
Dia semakin mendekati rumahku
...
Seorang lelaki ditemani seorang ustadz
Berbincang dengan ayahku dan adik lelakiku
Ah, gundahku bercampur ragu di balik pintu

Ragu aku menemuimu
Kau duduk di kursi ujung

Selalu di sana
Di kursi ujung
Pada beberapa kali pertemuan kita berikutnya
Dan kita selalu ditemani ayahku atau adik lelakiku
Bukan tanpa alasan
Tapi kita berusaha menjaga hati
menjaga diri
dengan bingkai syar’i

Lelaki di kursi ujung
Demi maksud baik kita
Kita ikhlas bingkai syar’i merentang di antara kita
Demi Dzat Pemilik Cinta
ArRahman ArRahiim

Lelaki di kursi ujung
Waktu merayap perlahan
Mendekati saat indah itu
Yang Maha Indah telah mempertemukan kita
Dengan "Mitsaqon Ghalizhon"
Perjanjian agung itu

Lelaki di kursi ujung
Dengan seuntai akad
Perjanjianmu pada-Nya
Kau tak lagi di kursi ujung
Tetapi dekat...sangat dekat...

Bandung, Senin, 5 November 2007
Untuk Suamiku Kang DP
... mengenang pertemuan kita...

Doa dan Hukum Kausalitas

Oleh  : Hera Anggarawaty

            Doa adalah ibadah. Berdoa hukumnya sunnah. Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Setiap manusia berharap doanya dikabulkan. Jika doa ingin dikabulkan, maka hendaklah disertai dengan upaya untuk memenuhi seruanNya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits : ” Ia berdoa kepada Allah, tetapi makanan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya (HR. Muslim)
            Berdoa tidak berarti menghilangkan hukum kausalitas atau sebab akibat. Artinya, jika kita hendak mencapai sesuatu, maka selain berdoa haruslah tetap berupaya keras melakukan berbagai upaya untuk mencapai sesuatu tadi. Tidak cukup seseorang menjadi kaya hanya dengan berdoa. Akan tetapi berusaha untuk mencari rizki Allah dan melakukan berbagai usaha menuju kaya, misalnya berdagang, bekerja, wiraswasta dan sebagainya. Jika usahanya halal maka kekayaan yang dimiliki juga halal. Oleh karena itu korupsi, kolusi, mencuri, menipu dan perbuatan haram lainnya bukanlah upaya yang halal untuk mendapatkan kekayaan yang halal.
            Menjalani hukum kausalitas atau sebab akibat, dijalani juga oleh junjungan kita Muhammad Rasulullah saw. Misalnya, ketika hendak perang Badar, Rasulullah telah menyiapkan pasukan dengan persiapan yang baik. Setelah itu Rasul masuk ke bangsalnya seraya berdoa, meminta pertolongan kepada Allah SWT.
            Selain itu, ketika Rasulullah diperintahkan untuk hijrah ke Madinah, beliau telah melakukan berbagai sebab-sebab (usaha) yang dilakukan yang diharapkan mengantar pada keselamatan. Seperti keluar pada waktu malam, melewati jalan yang jarang dilewati manusia, dan lain-lain. Seraya berdoa agar diselamatkan dari kejaran Quraisy dan makar mereka.
            Maka jika ingin mengusir Israel dari bumi Palestina, dan menyelamatkan masjid al Aqsho, selain berdoa, juga harus senantiasa melakukan berbagai usaha yang mengarah pada terusirnya Israel dari Palestina. Seperti, menyiapkan pasukan, menyiapkan senjata yang seimbang, agar tercipta kekuatan yang seimbang.
            Jadi berdoa tidak meninggalkan usaha dengan menjalani kaidah kausalitas (hukum sebab akibat), melainkan doa itu harus senantiasa menyertai setiap usaha dengan menjalani kaidah kausalitas. Menjalani berbagai sebab untuk mencapai akibat. Yakni melaksanakan berbagai upaya yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan.^_^06092007

Ah Ibu, Cintamu Itu...

Oleh: Hera Anggarawaty 
Aku sangat dekat dengan kedua keponakanku yang lucu-lucu. Kakaknya bernama Zahra usianya memasuki 5,5 tahun, sedangkan adiknya Mumtaaz berusia 1,5 tahun. Mereka selalu menyambutku gembira setiap ketika aku pulang, baik itu pulang dari pengajian atau pulang kerja. Terkadang mereka aku bawakan oleh-oleh. Sengaja aku membawa oleh-oleh kadang-kadang saja, supaya tidak menjadi kebiasaan. Bahkan seringkali aku telah menyediakan oleh-oleh, tetapi jika mereka tidak memintanya, aku simpan saja. Aku berikan, jika mereka memintanya.
Namun, kali ini kejadiannya berbeda. Seperti biasanya, dua kakak beradik yang lucu itu menyambutku dengan gembira. Melihat sambutan mereka, aku jadi teringat, bahwa aku tidak membeli sesuatupun hari itu. Juga tidak ada sesuatupun yang aku simpan, untuk jadikan oleh-oleh.
Oeh-oeh, Wa. Oeh-oeh.” Teriak Mumtaaz dengan celotehnya yang masih belum jelas. Tak kalah lucu, Zahra punya cara yang simpatik sebelum meminta oleh-oleh. Ketika aku mulai masuk rumah, disambut dengan tawaran manis dari Zahra.
          “Wa,  haus ya? Mau minum?”tanyanya dengan lucu.
”Iya. Mau dong, Sayang.” jawabku.
”Mau air dingin atau air teh manis anget, ”Katanya dengan huruf R yang masih belum jelas. Semakin membuat aku gemas.
“Air putih yang dingin aja. Memangnya sudah bisa bikin teh manis hangat?” Jawabku.
“Kalau air angetnya Ummi yang sediain, nanti dikasih teh celup, dikasih gula, sama dikoceknya, sama Eneng.” Jawabnya, sambil berjalan ke dapur.
Tidak lama kemudian dia membawa segelas air putih.
“Nih, Wa!”
“Aduh, pintarnya.” Jawabku. “Wawa bangga deh, punya keponakan yang pintar dan sholehah.”
“Sini, Wawa sun dulu.” Mmuah.
 “Makasih, yaa.”Kataku.
“Iya.” Jawabnya sambil malu-malu.
Wa, Wa,  mmm bawa oleh-oleh nggak?” lanjutnya.
Aku terdiam sejenak. “Aduh, maaf. Wawa nggak bawa oleh-oleh.” Jawabku dengan menyesal. Sementara Mumtaaz masih berceloteh sambil bergelayutan di kakiku. Lalu lari kesana-kemari.
Eng..Eneng pengen oleh-oleh, “ kata Zahra sambil agak merengek.
“Kita beli aja. Yu! “ Kataku.
Kontan saja, mendengar aku mau ke luar bersama Zahra, Mumtaaz berlari hendak mengikuti.
“Tapi jangan beli permen, jangan beli kerupuk, atau chiki-chikian!” kataku memberi syarat.
“Iya.” Jawab Zahra.
“Chacha juga ya! Jangan beli permen, kerupuk, sama chiki-chikian.” Kataku. Dengan lucunya mumtaaz mengangguk.
ooOoo

Tiba di warung, aku mengingatkan lagi pada mereka untuk tidak membeli kerupuk, chiki ataupun permen.  Mereka kembali mengangguk. Aku agak geli juga melihat wajah mereka yang nampak seperti sedang berpikir untuk memilih jajanan yang mau mereka beli. Padahal biasanya Mumtaaz akan heboh nunjuk ini nunjuk itu jika kebetulan dibawa ke warung, walaupun tidak selalu dipenuhi keinginannya. Sebab, kami-orangtuanya dan seluruh orang dewasa di rumah kami- berupaya agar mereka tidak terbiasa jajan. Kalau sewaktu-waktu mereka kami perbolehkan membeli makanan di luar, itupun dengan seleksi makanan yang cukup ketat.
Melihat mereka seolah berpikir untuk memilih makanan. Pikiranku menerawang jauh ke belakang. Pada saat usiaku hampir seusia dengan Zahra.
Waktu itu, aku baru pulang berobat dari rumah sakit bersama ibuku. Waktu itu aku harus berobat ke rumah sakit secara periodik. Dan setiap pulang berobat ibuku selalu menawariku untuk membeli makanan. Sebagaimana yang terjadi pada hari itu.
”Mau jajan nggak” Tanya ibu
Aku mengangguk mengiyakan. Ibu menarik tanganku menuju sebuah kios kue di dalam rumah sakit tersebut.
”Ayo mau beli apa?” tanya ibu lagi.
Aku ingat, waktu itu aku mencoba memilih.
“Beli susu kemasan kotak saja, “usul ibu.
Aku kembali mengangguk.
”Yang mana? ”tanya ibu lagi
”Yang srawberry,” jawabku, sambil menunjuk susu kemasan kotak dengan kemasan berwarna merah muda.
Lalu ibu meminta mengambilkan susu kemasan kotak kepada pelayan. Anehnya walaupun aku menunjuk susu dengan rasa strawberry, ibu tetap meminta susu dengan kemasan berwarna biru yang berasa vanilla (susu putih).
Hampir selalu begitu jika aku pulang dari rumah sakit. Kadang aku menunjuk kemasan warna coklat, yang artinya susu dengan rasa coklat. Tetapi seolah  memenuhi keinginanku, ibu meminta pelayan untuk mengambilkan susu kemasan kotak. Tetapi lagi-lagi justeru yang diminta ibu susu kemasan kotak rasa vanilla.
Pernah aku merengek agar diberi sesuai pilihanku. Tetapi dengan tegas ibu mengatakan lebih baik yang putih. Kejadian tersebut terus berulang. Sampai akhirnya aku pasrah saja. Sebab seringkali aku pilih yang satu, ibu memberiku pilihannya, yang tentu saja berbeda dengan pilihanku. Susu kemasan kotak rasa vanilla. Mungkin karena seringnya, kejadian ini sangat tertanam dalam benakku.
Pernah ketika aku sudah menginjak remaja dengan iseng aku tanyakan pada ibu apa penyebabnya. Pada saat itu aku bertanya pada ibu disaat sedang bercengkrama dengan anggota keluarga yang lain, termasuk ketiga adikku yang juga telah berangkat remaja. Dan ternyata adikku mengalami hal yang sama. Maka adikupun menanyakan hal yang sama kepada ibu. Lalu apa jawab ibu?
”Bukan apa-apa.” Jawab ibu. ”Ibu takut pewarna yang ada pada susu itu bukan pewarna makanan yang aman. Ibu pikir susu putih (rasa vanilla) lebih  aman. Ibu takut pewarna makanan itu berbahaya buat kalian.” jawab ibu dengan bijaknya.
Ah ibu. Ketika aku kecil sempat terpikir olehku. Ibu kok tidak memperhatikan keinginan anak. Ibu kok ngasihnya itu-itu aja.
Pantas saja ibu pernah memarahi aku ketika aku membeli kerupuk yang berwarna merah mencolok. Bahkan warna merah itu membuat air kencing menjadi merah. Ah ibu ternyata sikapmu itu untuk keselamatan kami. Sikapmu itu karena cinta dan kasih sayangmu kepada kami. Ah ibu, cinta dan kasih sayangmu memang tiada duanya.
            Pernah juga suatu ketika aku berbincang berbagai hal dengan teman-teman kuliahku, termasuk kebiasaan jajan pada waktu kecil. Pengalamanku dengan ibuku ini aku ceritakan pada mereka. Juga tentang jawaban ibu, setelah aku menanyakan alasannya. Teman-temanku kagum pada ibu dan mereka berkomentar,”Bagus ya ibu kamu. Dari dulu sudah memperhatikan keamanan makanan. Coba ibuku, aku pingin apa saja, dikasih. Tanpa mempertimbangkan zat pewarnanya aman atau tidak.”
ooOoo

            ”Wa, Wa, Teteh  beli susu aja.” Kata Zahra membuyarkan serpihan bayangan masa kecilku.
”Susu apa?” tanyaku.
“Ini susu kemasan kotak, “jawab Zahra sambil mengambil susu kemasan kotak rasa Coklat.
“Nggak ada yang putih ya, Bu?” tanyaku pada penjualnya.
“Oh. Tidak ada, Teh. Adanya yang coklat aja.”Jawab si penjual.
“ Yaah. Sayang ya. Ya. Sudah. Dua, Bu.” Kataku sambil menyodorkan selembar uang sepuluhribuan. Mudah-mudahan bukan zat pewarna berbahaya, bathinku.
”Chacha susu aja, sama dengan teteh ya!” Kataku.
Mumtaaz mengangguk. Entah, mungkin dalam hatinya protes juga seperti waktu aku kecil dulu. Karena biasanya dia memilih kerupuk.
Jangan protes yaa. Wawa sayang sama kalian. Seperti Nenek sayang sama Wawa. Bisik hatiku, sambil ke kecup ubun-ubun kedua anak itu.300407 ^_^



Tulisan ini dibuat untuk bunda tersayang dan kedua keponakanku^_^.

Chacha: panggilan untuk Mumtaaz.

Strategi Licik AS dan Strategi Balik untuk Melawannya


Oleh Hera Anggarawaty

Berita serangan membabi-buta Israel atas Libanon yang akhir-akhir ini muncul di berbagai media massa cetak maupun elektronik telah banyak menyita perhatian dunia. Namun fakta kekejaman Israel yang begitu mencolok mata dan merobek-robek rasa kemanusiaan siapapun yang telah menyaksikannya, disertai derasnya gelombang protes dari berbagai negara di belahan bumi ini, terutama negeri-negeri muslim tidak mampu menghentikan kekejaman “keparat kecil” Israel yang telah diasuh oleh “setan besar” AS.
Serangan Israel yang direstui AS1 ini hanyalah  salah satu manuver  politik AS  dalam menghadang pihak-pihak yang berpotensi merongrong kepentingan AS dan mengancam posisi AS sebagai negara adidaya. Karena sejak runtuhnya Uni Sovyet dan berakhirnya perang dingin, AS mulai membidik negara-negara yang berpotensi menjadi ancaman bagi AS, semisal Cina, India, dan Kuba.2
AS telah berusaha keras untuk memukul Cina melalui perang Vietnam, krisis Korea Utara, memprovokasi Taiwan agar menjadi duri dalam daging bagi Cina, konflik India-Pakistan dan lain-lain, namun nyaris tidak berhasil. Tetapi AS terus menerus melakukan manuver yang menyibukkan ketiga negara tersebut dengan permasalahan domestiknya. AS sebagai motor Negara Kapitalis lainnya, juga menganggap negeri-negeri Islam sebagai ancaman potensial.3 Serangan Brutal AS terhadap Afghanistan, dan upaya AS untuk menguasai “keamanan” selat Malaka, juga merupakan manuver AS dalam membidik Cina dan Islam secara sekaligus, melalui isu adanya jaringan Al Qaidah dan Jamaah Islamiyah di  Asia Tenggara yang dituding sebagai jaringan teroris.
Dalam perkembangan berikutnya, nampaknya AS tidak lagi menganggap Islam sebagai ancaman potensial tetapi lebih dari itu AS telah memposisikan Islam sebagai “the real enemy”. Hal ini terbukti dari berbagai pernyataan Bush,4 Paul Wolfowitz5 dan petinggi AS lainnya yang memberi stigma teroris terhadap Islam, dengan menunjuk al Qaidah sebagai pelaku teror. Bahkan stigma teroris ini tidak hanya ditujukan kepada gerakan Islam yang melakukan kekerasan tetapi juga terhadap gerakan Islam ideologis anti kekerasan, dengan memfitnah ideologi Islam sebagai ideologi setan (evil ideology) dalam anggapan mereka (Barat Kapitalis). Isu global war on terror yang dikumandangkan AS sejak tragedi WTC (11/9/2001), yang dipertegas lagi dengan peristiwa bom London (16/7/2005) membuktikan hal itu.
 Selain itu, dengan menggemanya keinginan kaum muslimin untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupannya dengan menegakkan Khilafah Islam walaupun tanpa kekerasan, juga semakin menambah ketakutan Barat yang dimotori AS, terhadap bangkitnya suatu kekuatan yang akan menandingi negara adidaya AS. Hal ini dapat dilihat dalam pidato Bush6, di National Endowment for Democracy-Ronald Reagan Building and International Trade Center Washington, D.C.  (2005) ataupun pidato Tony Blair7 di hadapan partai buruh sesaat setelah peristiwa bom London, semakin meniscayakan arah bidikan mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin, yakni Kaum Muslimin yang menginginkan diterapkannya syariat Islam dan menegakkan khilafah.

Strategi Licik AS
                Memang setelah khilafah Utsmaniyah sebagai khilafah terakhir runtuh pada tanggal  3 Maret 1924, wilayah Islam terpecah menjadi lebih dari 50 negara bangsa yang lemah. Namun kesadaran untuk bersatu telah muncul dan tumbuh semakin membesar, yang terlihat dari semakin semaraknya tuntutan untuk menerapkan  syariah dan mewujudkan Khilafah di hampir 30 negara.8
                        Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika AS terus-menerus berupaya keras untuk menyusun strategi dalam menghadapi gema semangat penerapan syariat Islam ini, yang secara diametral memang bertentangan dengan ideologi Kapitalisme sekular yang diusung AS. Lebih dari itu, jika seluruh kaum muslimin menginginkan diterapkan syariat Islam secara menyeluruh, dalam bingkai Khilafah Islamiyah yang mendunia tentulah akan memunculkan kekuatan baru yang akan melebihi kekuatan adidaya AS, karena lebih dari 1,4 milyar kaum muslimin akan bersatu di bawah payung khilafah dan akan mampu melawan hegemoni AS, yang selama ini nyaris tidak pernah mendapatkan perlawanan yang berarti.
Kemungkinan inilah yang dikhawatirkan AS, sehingga AS telah menyusun berbagai strategi yang ditujukan untuk menghambat gema kebangkitan Islam dan kaum muslimin. Dengan pengamatan terhadap manuver-manuver AS selama ini,  dapat disimpulkan strategi tersebut sebagai berikut :
1.        Penghancuran pemikiran Islam melalui gagasan sekularisasi dan liberalisasi.
 Dalam keyakinan Islam, Allah SWT adalah pencipta sekaligus sebagai Pengatur (Al Khalik al Mudabbir) oleh karena itu hanya Allahlah yang berhak untuk mengatur manusia dengan aturannya yang sempurna, yakni Islam yang mengatur segala aspek kehidupan, dari hal terkecil yang mengatur individu sampai hal yang besar yang mengatur masyarakat sebagai suatu sistem, semisal sistem ekonomi, politik, pemerintahan, hubungan luar negeri, aturan pergaulan, dan sebagainya. Karenanya Islam merupakan satu-satunya aturan yang sahih karena datang dari Sang Pencipta yang Maha Tahu akan kelemahan manusia dan Maha Sempurna.
Namun pemikiran Islam ini telah didangkalkan bahkan berupaya untuk dilenyapkan dari benak kaum muslimin dengan perang pemikiran yang diserukan Barat (AS dan sekutunya) dengan menjual ide sekularisasi dan liberalisasi. Ide Sekularisasi yang menafikan peran Sang Pencipta sebagai Pengatur kehidupan manusia telah dicekokkan Barat ke benak-benak kaum muslimin. Sedangkan ide liberalisasi mengarahkan kaum muslimin untuk menafsirkan dan memahami kitab mereka secara bebas tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang selama ini digunakan oleh para ulama Salaf, yang kemudian berakibat pada cara ibadah yang tidak sesuai dengan ketetapan Allah SWT.
Dengan penghancuran pemikiran ini, maka kaum muslimin menjadi jauh dari Islam. Jauh dari pemahaman bahwa Islamlah satu-satunya aturan yang harus mereka tegakkan dalam mengarungi kehidupan ini. Karena, hanya Islamlah yang memuaskan akal, sesuai fitrah sehingga menentramkan hati. Akibatnya tidak sedikit dari kalangan kaum muslimin yang lebih menginginkan diatur oleh aturan selain Islam. Inilah target yang dicanangkan AS/Barat, dari strategi ini.

2.        Mengelompokkan umat Islam untuk memecah belah, seperti pengelompokkan umat Islam dengan sebutan Islam fundamentalis
yang dinegasikan dengan kelompok Islam liberal; Islam radikal yang juga dinegasikan dengan Islam moderat; Islam politik dibenturkan dengan Islam spiritual; Islam kultural vs Islam struktural; Islam formalis/literalis vs Islam substansialis.
                Baik Islam fundamentalis ataupun radikal, dan ada juga yang menyebutnya sebagai Islam literalis/formalis, adalah sebutan yang ditujukan kepada kaum muslimin yang memahami bahwa Islam sebagai satu-satunya aturan yang harus diterapkan manusia dalam kehidupannya sesuai dengan Al Quran dan Hadist, yang dalam pandangan AS/Barat dikelompokkan sebagai Islam yang “salah”.
Sementara Islam yang “benar dan seharusnya” dalam pandangan AS/Barat adalah Islam yang membuka ruang bagi masuknya ide-ide yang lain semisal demokrasi, sekularisasi, pluralisme dll, atau Islam yang dapat ditafsirkan terbuka menurut situasi dan kondisi yang ada. Islam yang ”benar dan seharusnya” inilah yang disebut sebagai Islam moderat. Ketika dalam penafsiran Islamnya semakin tidak terkendali, dalam arti tidak memperhatikan kaidah penafsiran yang dilakukan oleh ulama salaf bahkan cenderung didasarkan dengan metoda Barat (hermeneutika) maka disebut Islam Liberal. Islam yang “benar dan seharusnya” menurut pandangan AS/Barat 9 inilah yang banyak dicekokkan di benak-benak kaum muslimin, sehingga menjadikan kaum muslimin semakin jauh dari pemikiran Islam yang lurus. 
Dengan pengelompokkan ini menjadikan kaum muslimin terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang disetting oleh Barat. Akibatnya kaum muslimin menjadi lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu tidak mengherankan jika kaum muslimin kerap kali menjadi bulan-bulanan permainan AS dan sekutunya. Ketua Forum Ulama Umat Islam (FUUI), KH Athian Ali Da'i mengatakan isi pidato Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush tentang "Islam radikal" merupakan upaya mengadu domba sesama umat Islam di dunia. Ia mengatakan AS dan negara-negara Barat mencoba memecah belah umat Islam dengan menggunakan kata moderat dan radikal, dengan pandangan Islam moderat yakni mereka yang mengikuti apa kata AS sedangkan Islam radikal dianggap mereka yang menentang perintahnya.10,11

3.        Politik belah bambu, yakni mendukung kelompok liberal, modernis, moderat tradisionalis, spritual, kultural dan substansialis
sekaligus menekan kelompok fundamentalis, radikal, Islam politik, struktural dan formalis. Dengan politik belah bambu ini, AS menggelontorkan jutaan dollar untuk memanfaatkan LSM-LSM komprador, ataupun bantuan langsung ke pesantren atau sekolah Islam untuk proyek pengembangan pemikiran Islam moderat dalam versi AS. 12,13 Namun pada saat yang sama, AS telah menekan kaum muslimin yang hendak menerapkan Islam sebagai keyakinannya dengan berbagai sebutan buruk, bahkan kalau perlu dengan kekuatan senjata, seperti yang dilakukan AS terhadap Muslim Irak pasca runtuhnya pemerintahan Saddam yang mayoritas menghendaki pemerintahan sendiri berdasarkan syariat Islam dan menolak pemerintahan boneka bikinan AS.
Selain itu, pasca 11/9 mengharuskan AS untuk melakukan peninjauan ulang  sejumlah kebijakan AS, yang terefleksi dalam “the National Security Strategy of the United States of America”, yang ditandatangani oleh Presiden George W. Bush pada 17 September 2002. Dokumen ini menyatakan dalam konteks perang melawan terorisme global, bahwa AS akan mendukung “pemerintahan moderat dan modern, khususnya di dunia Islam, guna menjamin bahwa kondisi dan ideologi yang mempromosikan terorisme tidak mendapatkan tempat di bangsa manapun”. Dukungan juga dijanjikan bagi “penyelesaian adil dan komprehensif” konflik Israel-Palestina asalkan Palestina “dengan tegas menolak teror” dan “memeluk demokrasi”.14
               
4.        Stigmatisasi syariah dan khilafah. Semarak gema penerapan syariah dan upaya mewujudkan khilafah di tengah kaum muslimin
tidak luput dari bidikan AS. Untuk menghadapi kondisi ini AS memberikan stigma negatif terhadap syariah dan khilafah. AS juga telah menghabiskan puluhan juta dollar untuk memanfaat LSM komprador sebagai corong AS.15 Para LSM kompador ini menyebut bahwa penerapan syariat Islam akan memunculkan penderitaan dan keterkekangan masyarakat, memecahbelah umat, dan untuk kasus Indonesia disebutkan bahwa penerapan syariat akan mengancam NKRI dan dominasi mayoritas terhadap minoritas.
                Sementara Bush telah menyebut khilafah sebagai a radical Islamic empire,16 dengan konotasi buruk yang melekat di dalamnya. Blair sebagai sekutu Bush  juga menyebutkan penerapan syariat dan khilafah sebagai tujuan dari ideologi yang disebutnya sebagai ideologi setan.17

5.        Memprovokasi umat untuk melakukan kekerasan. Kaum muslimin yang dikelompokkan oleh AS sebagai Islam garis keras,
karena melawan hegemoni AS dengan kekerasan memang telah menjadi incaran AS selama ini. Namun, seiring perubahan kondisi bahwa gerakan perubahan pemikiran untuk perjuangan penerapan Islam dalam naungan khilafah yang anti kekerasan, telah mengembangkan opini yang luas dan telah memunculkan kesadaran akan pentingnya penerapan syariat Islam di tengah kaum muslimin, maka hal inipun  dianggap ancaman oleh AS. Maka AS berusaha memprovokasi gerakan ini agar terseret ke arah aksi kekerasan, sehingga menghancurkan opini anti kekerasan dari gerakan ini. Strategi ini diungkap secara jelas dalam rekomendasi yang dikeluarkan Nixon Centre tentang Hizbut Tahrir. Dalam laporan tersebut ditulis: Sebagai langkah awal, citra Hizbut Tahrir sebagai organisasi damai butuh untuk di hancurkan. (Lihat: Zeyno Baran, Hizb ut-Tahrir, Islam's Political Insurgency. The Nixon Centre, December 2004) dalam Al Waie Desember 200518
                        Strategi ini pula yang telah menyulut kekerasan di wilayah-wilayah rawan konflik yang umumnya terletak di negeri-negeri Islam, semisal Poso, Aceh, Irak, Kashmir, dan lain-lain. Termasuk juga gerakan Hamas yang terseret untuk melakukan kekerasan dalam memperjuangkan tujuannya di Palestina, apalagi Israel sebagai anak asuh AS memang selalu memancing peperangan. Walhasil, tersebar opini bahwa negeri muslim senantiasa bergolak dan sarat dengan kekerasan. Akhirnya muncul kesan bahwa Islam identik dengan kekerasan dan jauh dari keamanan dan kedamaian.

6.        Penjinakkan gerakan Islam melalui demokrasi dan parlemen serta gerakan sosial dan tasawuf/spiritual. Strategi ini merupakan
strategi yang lainnya yang dilakukan AS agar kaum muslimin melunakkan keinginan mereka. AS berusaha untuk mengarahkan langkah gerakan Islam yang menghendaki diterapkannya syariah dan khilafah ke arah gerak yang dikehendaki oleh AS, yakni  gerakan yang  akomodatif terhadap ide Kapitalis Sekular. Gerakan Islam yang menempatkan demokrasi sejalan dengan Islam, atau menempatkan parlemen sebagai satu-satunya cara untuk menyalurkan aspirasi kaum muslimin adalah gerakan Islam yang sangat dianjurkan oleh AS. Apalagi jika gerakan tersebut melangkah ke arah pemahaman Islam spiritual yang tidak mempedulikan kehidupan dunia seperti gerakan tasawuf.
                Dengan strategi ini, kevokalan beberapa gerakan Islam/parpol Islam yang sudah masuk parlemen terasa berbeda ketika belum masuk ke parlemen dengan sesudah masuk ke Parlemen. Seperti yang terjadi pada salah satu parpoI Islam yang kini menjadi kurang kekritisannya, karena cenderung terplot oleh mekanisme dan aturan main parlemen. Begitu juga yang terjadi dengan Ikhwanul Muslimin yang cenderung melunak dalam menanggapi kebijakan pemerintah Mesir, setelah menduduki kursi Parlemen. Hamas yang baru memenangkan pemilu di Palestina,  kini juga dalam incaran lobby AS dan sekutunya, agar mengakui eksistensi Israel dan melunakkan perjuangannya.

7.        Pemberangusan melalui negara atau penguasa komprador dan secara langsung. Strategi ini dapat kita lihat pada kasus
Pakistan,  Uzbekistan, dan Mesir, yang mana AS melalui penguasa  diktator negeri-negeri itu seperti Mussaraf, Karimov dan Mubarak telah memberangus aktivitas dan perjuangan menegakkan syariah  dengan tindakan yang represif. Namun untuk kasus Irak, AS turun langsung dengan kedok menjaga stabilisasi Irak setelah sebelumnya menjatuhkan pemerintahan Saddam Husein. Kasus pemberangusan FIS di Aljazair, dan Hamas di Palestina juga tidak lepas dari campur tangan AS.

8.        Penyesatan opini melalui media massa, merupakan strategi lama AS yang semakin gencar dilakukan sampai detik ini.
Munawar,  SH mantan ketua YLBHI menyebutkan bahwa Voice of America (VOA) dan USIS (United State  Information Service) sebuah lembaga di bawah kedutaan Amerika di Jakarta banyak bekerjasama dengan berbagai media di Indonesia. Oleh karena itu banyak media-media di Indonesia baik radio maupun televisi menyuarakan berita-berita dari VOA yang cenderung mengopinikan kebaikan-kebaikan Amerika, yang sebenarnya bertolak belakang dengan faktanya. Sebaliknya di Amerika sendiri, mereka memberitakan kebobrokan-kebobrokan Indonesia, tanpa memberitakan sedikitpun kebaikan Indonesia.19 Penyesatan opini tentang Islam pasca tragedi 11 September juga telah dilakukan secara gencar oleh AS,  yang memunculkan sentimen anti Islam atau islamophobia di banyak negara Eropa, Kanada dan Australia.
Strategi-strategi yang dilancarkan oleh AS ini, melibatkan banyak aktor yang secara ringkas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu individu, negara atau penguasa komprador dan LSM-LSM komprador yang didanai AS.  Aktor-aktor ini cenderung diekspos habis-habisan, dan seolah-olah mereka adalah tokoh yang layak mendapatkan kehormatan, pujian, bahkan penghargaan. Para pengusung ide sekularisme, liberalisme, pluralisme dan feminisme, adalah bagian dari aktor-aktor tersebut. Negara-negara boneka AS, dan para penguasa komprador seperti penguasa Pakistan, Uzbekistan, Mesir, penguasa negara-negara timur tengah, atau penguasa negeri muslim lainnya yang cenderung mengikuti kenginan AS seringkali mendapat pujian dari Bush ataupun petinggi gedung putih lainnya semisal Condi, Dick Cheney atau pujian dari sekutu dekat AS, PM Inggris Tony Blair.

Bahaya Strategi AS terhadap Kaum Muslimin
Tentu saja jerat strategi yang ditebarkan oleh AS dan sekutunya sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin. Jika bidikan strategi AS ini benar-benar mengena kepada Kaum muslimin, maka hal ini akan mengaburkan pemahaman Islam yang benar di tengah-tengah umat, yakni pemahaman bahwa Islam bukanlah sekedar agama, tetapi merupakan pandangan hidup dan aturan hidup manusia, yang harus diterapkan secara kaffah. Justeru yang terjadi malah sebaliknya, yakni semakin melanggengkan sistem kapitalis sekular dan kelompok yang mendukungnya. Sebab, pemahaman Islam yang benar dalam benak kaum muslimin menjadi hilang, tergantikan dengan bercokolnya pemikiran sekular dan liberalisme. Sehingga, yang muncul adalah kaum muslimin yang mendukung, bahkan disadari atau tidak, malah menjadikan Kaum Muslimin memperjuangkan sekularisme dan liberalisme, seperti yang diperjuangkan oleh para penguasa komprador dan LSM-LSM komprador, sekalipun mereka muslim.
Strategi penjinakkan gerakan Islam dan strategi provokasi umat untuk melakukan kekerasan akan mengaburkan atau membelokkan arah langkah gerakan Islam. Sebab, tujuan untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah dengan jalan damai tanpa kekerasan, menjadi hilang atau terseret untuk memperjuangkannya dengan cara kekerasan, yang justeru bertentangan dengan metode perjuangan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Maka bukan simpati yang diperoleh dari umat, malah antipati yang kelak menjadikan upaya perjuangan penerapan syariat Islam semakin sulit, karena ditentang oleh umat Islam sendiri.  Atau menjadikan gerakan perjuangan Islam menjadi berbelok arah, yang asalnya bertujuan menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh dan paripurna) sesuai manhaj Rasulullah SAW, menjadi sekedar substansinya saja. Padahal Islam tidak dapat diterapkan sekedar substansinya saja. Substansi  Islam dalam bingkai demokrasi atau sekular hanya akan merancukan Islam dan tidak akan menampakkan kilau Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Selain itu, dengan strategi pengelompokkan kaum muslimin sesuai kriteria AS, dan strategi belah bambu, menjadikan kaum muslimin senantiasa berada dalam kondisi yang terpecah-belah. Sehingga kaum muslimin menjadi kaum yang lemah, tidak berdaya, dan mudah untuk diadu domba.  Dalam kondisi seperti ini tidak mungkin muncul kesatuan umat dan kekuatan umat.
Dengan demikian kaum muslimin tidak akan pernah dapat mencapai tujuannya untuk bersatu dalam menerapkan Islam secara kaffah. Jika tidak bersatu di bawah naungan Khilafah, kaum muslimin tidak akan pernah mampu untuk keluar dari beban derita yang ditebarkan AS melalui ideologi Kapitalisme Sekular, yang kini telah membuat negeri-negeri muslim semakin tersungkur pada titik nadir sepanjang sejarah kaum muslimin sebagai umat terbaik, yang pernah memimpin dunia selama 13 abad lamanya.
Padahal jika diterapkan aturan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islam, tidak hanya kaum muslimin yang akan mencapai puncak kejayaannya, tetapi juga akan menjadi harapan bagi umat manusia untuk mewujudkan peradaban yang manusiawi. Sebab, aturan Islam sesuai dengan fitrah manusia dan tidak hanya untuk kaum muslimin tetapi untuk seluruh umat manusia. Islamlah yang tepat untuk diterapkan sebagai aturan kehidupan manusia, karena berasal dari Sang Pencipta yang mengetahui kelemahan manusia.

Strategi melawan AS
Dalam menghadang balik strategi AS untuk menghancurkan Islam dan memecah belah kaum muslimin, maka yang dibutuhkan umat saat ini adalah pertama, mewujudkan Khilafah sebagai kekuatan penyeimbang AS. AS yang kini menjadi negara adidaya yang mengusung dan menyebarluaskan ide kapitalisme sekular yang menglobal tidak akan mampu dikalahkan jika tidak diimbangi oleh kekuatan yang seimbang. Kekuatan yang seimbang itu tidak lain adalah Khilafah Islam yang mendunia, yang akan menghimpun negeri-negeri Islam dalam satu naungan, dan satu kepemimpinan seorang Khalifah.
Kedua, gerakan Islam ideologi yang berjuang secara terencana dan sistematis dalam melawan strategi AS. Strategi AS dalam
menghadapi Islam merupakan strategi yang membidik Islam dalam tataran ideologi. Hal ini terlihat dari upaya AS yang berkeras untuk menanamkan ideologi Kapitalisme sekulernya di tengah kaum muslimin supaya menggantikan ideologi Islam. Oleh karena itu, gerakan Islam yang mampu melawan strategi tersebut hanyalah gerakan Islam ideologis. Yaitu gerakan yang memahami Islam tidak sekedar sebagai agama yang mengatur ibadah ritual saja, tetapi agama yang mengatur segala aspek kehidupan. Dengan pemahaman ini, gerakan Islam ideologis, menjadikan penerapan Islam secara formal dalam kehidupan dalam bingkai Khilafah sebagai tujuannya. Gerakan  inilah yang akan menghambat laju strategi AS dalam menanamkan ideologinya.
Sayyidina Ali RA pernah mengatakan bahwa kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. Oleh karena itu dalam upaya mewujudkan Khilafah sebagai suatu sistem yang besar tentulah tidak dapat dilakukan dengan main-main, usaha seadanya, tanpa perhitungan, dan tanpa rencana. Akan tetapi diperlukan suatu gerak yang terorganisir dan terencana agar tepat sasaran, dan jelas dalam menentukan langkah-langkah pencapaian target dan tujuan.
                Ketiga, kesadaran politik umat. Agar tujuan diterapkannya syariat Islam segera tercapai, maka diperlukan kesadaran politik di tengah umat agar masyarakat tidak terlena atau bahkan pesimis dan apatis dengan kondisi yang ada. Kesadaran politik tidak hanya diukur dengan tersadarkannya umat terhadap musuh bersama, terhadap konspirasi yang terjadi atas skenario AS dan sekutunya, dan terhadap ulah keji penguasa komprador maupun tujuan terselubung LSM komprador. Akan tetapi kesadaran politik juga berarti umat menyadari dan berupaya menerapkan tujuan hidupnya yang didasarkan pemikiran Islam yang hakiki, yakni pemikiran Islam ideologis. Dengan kesadaran politik ini pulalah umat akan terdorong untuk bergerak dan berjuang secara sistematis dan terrencana berdasarkan pemikiran tersebut, dalam upaya mengenyahkan hegemoni AS dan sekutunya, melalui penerapan Islam kaffah yang mendunia.
Keempat, kesatuan umat. Bagaimanapun upaya memecah belah umat yang dilakukan AS dan sekutunya telah berhasil
mengoyak kaum muslimin menjadi lebih dari 50 negara, yang pada masing-masing negara tersebut tidak pernah sepi dari permasalahan-permasalahan domestik yang menyibukkan dan mengalihkan negeri-negeri Islam dari permasalahan utama mereka, yakni permasalahan tidak dterapkannya aturan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah.
Oleh karena itu kesatuan umat niscaya diperlukan untuk membangkitkan kembali kaum muslimin yang kini diibaratkan sebagai raksasa yang tengah tertidur. Jika kesatuan umat terbentuk, niscaya akan memunculkan kekuatan yang dahsyat, karena 1,4 milyar kaum muslimin di seluruh dunia bukanlah SDM yang bisa begitu saja diabaikan. Belum lagi, lebih dari 3/4 kekayaan SDA dunia, terdapat di negeri-negeri Islam. Maka, jika kekuatan SDM dan SDA  tersebut dipadukan dengan kesatuan visi dan misi dakwah Islam, akan melahirkan dorongan untuk membela dan menyebarkan ideologi (mabda ) Islam, yang pada gilirannya akan mendorong tercapainya tujuan.
Untuk mewujudkan 4 hal di atas, maka diperlukan langkah-langkah strategis yang harus ditempuh oleh kaum muslimin, yakni
sebagai berikut: (1)Pembinaan umat. Bentuk pembinaan umat yang dilakukan adalah proses pembentukan tsaqofah Islam yang benar yang didasarkan pada aqidah Islam yang lurus. Maka, pembinaan umat yang benar merupakan langkah sahih untuk menjelaskan Islam sebagai ideologi, menjelaskan bahaya ide-ide kapitalisme, keniscayaan pertarungan ideologi/pemikiran, mengenal musuh bersama umat Islam dan merumuskan agenda bersama untuk menghadapinya, sehingga akhirnya akan muncul kesadaran umat.
Hasil pembinaan yang seperti inilah yang akan menghasilkan umat yang berkualitas. Umat yang memiliki kesadaran politik, yang senantiasa waspada terhadap makar-makar kafir penjajah, sekaligus siap sedia kapan dan dimanapun berada untuk senantiasa berjuang menegakkan syariah dan khilafah, serta siap dalam menanggung setiap resiko perjuangan dari resiko teringan berupa celaan orang-orang yang mencela, sampai kehilangan nyawa sebagai resiko yang terberat.
       (2)Membongkar konspirasi asing dengan mengungkap berbagai kejahatan negara-negara Kapitalis Barat khususnya AS, dukungan nyata AS  terhadap rezim otoriter dan represif di negeri-negeri Islam, intervensi AS terhadap berbagai kebijakan negara-negara di dunia Islam,  mengungkap jatidiri agen-agen Barat-AS dan pengkhianatan para penguasa muslim.
Dengan upaya ini, akan semakin memperkuat kewaspadaan umat dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Seperti terhadap kasus pembantaian para pejuang Islam di Andijan Uzbekistan, yang merupakan tindakan represif Karimov yang didukung AS dan sekutunya, dengan skenario yang menggambarkan seolah-olah para pejuang Islam tersebutlah yang memulai tindakan kekerasan. Peristiwa 11 September, dan Bom London juga telah terbukti sarat dengan konspirasi. Intervensi asing juga terlihat di Aceh, Poso, Papua dan lain-lain. Intervensi AS juga tidak hanya ke arah polemik di daerah konflik, tetapi juga dalam segala aspek, seperti pendidikan, peradilan, undang-undang, bahkan penghancuran keluarga.
 (3)Memperkuat ukhuwah islamiyah dengan memahami prinsip-prinsip ukhuwah, bahwa kaum muslimin adalah satu tubuh,sehingga apabila ada bagian tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit. Artinya kaum muslimin yang satu adalah bersaudara dengan muslim yang lainnya tanpa membedakan etnis, bahasa, maupun warna kulit. Selain itu, kaum muslimin harus menyadari musuh bersama. Sebab selama ini seringkali karena perbedaan pemahaman di kalangan gerakan Islam ataupun umat secara umum, telah menjadikan seolah-olah terdapat “permusuhan”, seperti kasus sunni-syiah.
Menjalin komunikasi yang proaktif juga sangat diperlukan, agar terdapat kesepahaman dengan harapan terwujud kesatuan visi dan misi dakwah, sehingga semakin mempersempit jurang perbedaan di antara umat. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk merumuskan agenda perjuangan bersama ketimbang mengedepankan perbedaan yang tidak produktif, supaya arah perjuangan menjadi lebih tergambar jelas, yang menjadikan setiap langkah dan kebijakan akan semakin terarah dan produktif.
Selama ini seringkali terjadi “perselisihan” yang mestinya tidak terjadi, di antara gerakan Islam yang memperjuangkan tegaknya khilafah, padahal kondisi ini hanya akan menguntungkan kafir penjajah, karena akan mengalihkan perhatian terhadap musuh bersama. Yang seharusnya terjadi adalah terbentuknya benteng pengokoh yang akan bersama-sama membendung hegemoni dan terjangan AS dan sekutunya.
(4)Menjalin kerjasama sinergi untuk menegakkan Khilafah. Perjuangan untuk menerapkan syariat dan khilafah bukanlah aktivitas enteng yang dapat dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi merupakan perjuangan yang berat yang membutuhkan kerjasama yang sinergis. Oleh karena itu, diperlukan upaya menjalin kerjasama dengan berbagai gerakan, ormas Islam, individu maupun kelompok di berbagai elemen masyarakat, agar tercipta suasana yang kondusif dalam mencapai tujuan. Upaya ini bisa dilakukan dengan sillah ukhuwah antar ormas, gerakan Islam, tokoh ulama dan masyarakat lainnya.
                        Dengan kerjasama yang sinergis, benteng umat akan semakin kokoh. Sehingga tidak akan mudah termakan oleh isu-isu yang memecah-belah umat, yang dihembuskan oleh AS dan sekutunya. Sebaliknya opini tentang kesatuan tujuan, opini tentang musuh bersama dan opini tentang agenda perjuangan yang akan dilakukan akan semakin terbangun dengan kuat.
(5)Memperkuat opini umum tentang syariah dan khilafah. Barat yang dimotori AS telah melakukan penyesatan opini di berbagai
media massa dengan gencar, maka  upaya untuk mengcounter penyesatan opini ini haruslah dilakukan dengan gencar pula, agar dapat membentuk dan memperkuat opini umum tentang syariah dan khilafah.Opini umum ini dapat dilakukan melalui berbagai media massa, nasyrah,  pengajian-pengajian, dan lain-lain. Agar terbentuk dan tersebar luas pemahaman yang benar tentang syariah dan khilafah di tengah umat. Sehingga jika AS dan sekutunya menyebarkan opini yang salah tentang syariah dan khilafah, umat tidak akan tertipu, sebaliknya umat akan menepis tipuan AS dan sekutunya sekaligus terdorong untuk berjuang bersama dalam menerapkan syariah dan mewujudkan khilafah.
Sudah sangat kasat mata bahwa AS tidak akan pernah berhenti untuk memerangi Islam dan kaum muslimin yang ingin menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, tidak ada alasan lain bagi kaum muslimin selain senantiasa waspada dalam menghadapi tipudaya AS dengan segala  bentuknya. Strategi AS yang sistematis dan terencana tentunya harus dihadapi juga dengan strategi yang jitu, sistematis dan  terencana pula, serta tanpa kekerasan. Oleh karena itu bersegeralah untuk ambil bagian dalam perjuangan  penegakkan syariah dalam naungan Khilafah, yang Allah SWT tidak akan membalasnya, kecuali dengan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Wallahu’alam.^_^24082006

Catatan kaki dan sumber bacaan :
1 .http://www.mediaindo.co.id, Senin, 14 Agustus 2006 04:37 WIB AS Terlibat dalam Perencanaan Operasi Israel di Libanon
2, dan 3.  M. Hafidz Abdurrahman. PETA MASA DEPAN DUNIA TAHUN 2020
4.  Either you are with us, or you are with the terrorists.  http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/20010920-8.html dan “This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time” http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/1547561.stm
5. “Today, we are figthing a war on terror—a war that we will win. The larger war we face is the war of ideas—a challenge to be sure, but one that we must also win”
     Mantan Wakil Menhan AS, dan Mantan Duta Besar Amerika untuk Indonesia.
6.  , 16,  "The militants believe that controlling one country will rally the Muslim masses, enabling them to overthrow all moderate governments in the region and establish a radical Islamic empire that spans from Spain to Indonesia." Pidato George W.Bush di National Endowment for Democracy Ronald Reagan Building and International Trade Center Washington, D.C. http://www.whitehouse.gov/news/releases/2005/10/20051006-3.html
7.  dan 17 .… What we are confronting here is an evil ideology.
          It is not a clash of civilisations - all civilised people, Muslim or other, feel revulsion at it. But it is a global struggle and it is a battle of ideas, hearts and 
     minds, both within Islam and outside it.
                 This is the battle that must be won, a battle not just about the terrorist methods but their views. Not just their barbaric acts, but their barbaric ideas. 
     Not only what they do but  what they think and the thinking they would impose on others. …
                  This is a religious ideology... Those who kill in its name believe genuinely that in doing it, they do God's work; they go to paradise…
    They demand the elimination of Israel; the withdrawal of all Westerners from Muslim countries, irrespective of the wishes of people and government; the     establishment of effectively Taleban states and Sharia law in the Arab world en route to one caliphate of all Muslim nations… (Pidato Tony Blair di   hadapan Partai Buruh)        http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/4689363.stm
8.  M. Hafidz Abdurrahman. PETA MASA DEPAN DUNIA TAHUN 2020 dan Gelora Syariah Mengepung kota. Gatra Edisi 25 Beredar Senin, 1 Mei 2006
9.         I want also to work with other nations to promote the true face of Islam worldwide.” http://news.bbc.co.uk/1/hi/uk/4689363.stm
10.      Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat : dari Hegemoni Kristen ke dominasi Sekular Liberal.2005 . Jakarta: GIP.
11.      FUUI: Pidato George W Bush Upaya Mengadu Domba Umat Islam. 02-02-2006. http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=233460&kat_id=23
12.      Adian Husaini. “Islam Moderat.” www.hidayatullah. Com. 03-07-2006 AS dan kawan-kawannya memang berkehendak agar kaum Muslim tidak menjadi ancaman bagi hegemoni peradaban mereka. Karena itu, mereka ingin agar umat Islam menjadi umat yang moderat (versi mereka). Mereka biayai begitu banyak lembaga Islam dan mahasiswa Islam agar memiliki pemikiran dan sikap hidup yang sesuai dengan kehendak mereka. Di dalam konsep mereka, Islam moderat adalah Islam yang tidak meyakini kebenaran agamanya sendiri, Islam yang ‘jinak’, tidak peduli dengan penderitaan dan penindasan yang dialami oleh saudara-saudaranya sesama Muslim. Mereka ciptakan istilah-istilah yang indah dan yang buruk, untuk memecah belah umat Islam. Istilah “Islam moderat” dibenturkan dengan istilah “Islam radikal”, “Islam militan”, “Islam fundamentalis”, dan sebagainya, yang maknanya tidak didefinisikan dengan jelas.
13.      dan 14 . LSM Komprador dan Propaganda Anti –Islam. Farid Wadjdi .http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=253585&kat_id=16 24 Juni 2006
15.      Fatih Syuhud. Amerika, Islam dan Muslim Moderat.10 Maret 2005.http://duta-masyarakat.blogspot.com/2005/04/amerika-islam-dan-muslim-moderat.html
18.      Propaganda Jahat Bush terhadap Islam dan Khilafah. Al Waie edisi 64. Desember 2005
19,20. Al Waie No.72 tahun VI, 1-31 Agustus 2006