LELAKI DI KURSI UJUNG
Oleh Hera Anggarawaty
Rona jingga mentari senja mulai terhapus di cakrawala
Kian samar
Mengiringi gelisahku
Kian resah
Ah, seseorang kan datang senja ini
Sendirikah?
Yaa Allah, Diakah pasangan jiwaku?
Diakah belahan jiwaku?
Detik terus berlalu
Ah, dering telpon...
Diakah di sebrang sana?
Ah Ya! Sudah dekat rupanya
Dia semakin mendekati rumahku
...
Seorang lelaki ditemani seorang ustadz
Berbincang dengan ayahku dan adik lelakiku
Ah, gundahku bercampur ragu di balik pintu
Ragu aku menemuimu
Kau duduk di kursi ujung
Selalu di sana
Di kursi ujung
Pada beberapa kali pertemuan kita berikutnya
Dan kita selalu ditemani ayahku atau adik lelakiku
Bukan tanpa alasan
Tapi kita berusaha menjaga hati
menjaga diri
dengan bingkai syar’i
Lelaki di kursi ujung
Demi maksud baik kita
Kita ikhlas bingkai syar’i merentang di antara kita
Demi Dzat Pemilik Cinta
ArRahman ArRahiim
Lelaki di kursi ujung
Waktu merayap perlahan
Mendekati saat indah itu
Yang Maha Indah telah mempertemukan kita
Dengan "Mitsaqon Ghalizhon"
Perjanjian agung itu
Lelaki di kursi ujung
Dengan seuntai akad
Perjanjianmu pada-Nya
Kau tak lagi di kursi ujung
Tetapi dekat...sangat dekat...
Bandung, Senin, 5 November 2007
Untuk Suamiku Kang DP
... mengenang pertemuan kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar