Melacak Ideologi "Setan"
Dalam sebuah pidatonya, PM Inggris, Tony Blair menyatakan ciri-ciri "idelologi setan". Cirinya, mereka menuntut penghapusan Israel, menghindari Barat dan menerapkan hukum syara'. Dia menuding Islam
Peringatan: Tragedi 11 September
Peringatan: Tragedi 11 September
Di muat di http://www.hidayatullah.com/Selasa, 13 September 2003
Oleh : Hera Anggarawaty *)
11 September 2001 yang lalu, dunia terhenyak dengan runtuhnya menara kembar WTC dan rusaknya gedung Pentagon, yang diduga akibat ulah teroris. Walaupun belum ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab atas peristiwa ini, AS langsung menunjuk Al Qaidah sebagai pelaku.
Padahal sampai saat ini, tidak ada satupun pengadilan di AS yang mampu menunjukkan bukti, bahwa al Qaidahlah pelakunya. Terlebih lagi, sesaat setelah kejadian 11/9 tersebut, George W. Bush menyatakan bahwa perang melawan teroris (war on terrorism) sama dengan perang salib (Crusade).
Pernyataan ini mempertegas tuduhan seolah yang dimaksud teroris adalah Islam dan kaum muslimin, karena istilah perang salib (Crusade) dalam sejarah dunia adalah perang Kristen terhadap Islam yang pernah terjadi pada masa lampau.
Sekretaris Menhan AS Paul Wolfowitz, mengerucutkan pernyataan Bush dengan menyatakan bahwa perang melawan teroris (war on terrorism) pada hakikatnya adalah war on idea, yaitu perang terhadap Islam ideologis yang secara nyata bertentangan dengan ideologi kapitalisme-sekular yang menjadi landasan negara AS dan sekutunya.
Tidak hanya sampai di situ, sepekan setelah terjadi ledakan di London (16/7), PM Inggris Tony Blair, mengajak dunia untuk memerangi ekstremisme Islam yang dihasilkan oleh sebuah ideologi yang disebutnya sebagai 'ideologi setan'.
Pernyataan Blair benar-benar mempertajam makna ‘perang melawan terorisme' (war on terrorism) ala Amerika--dalam arti war on idea-- menjadi 'perang melawan ideologi setan' (war on evil ideology). Wakil Menhan AS urusan intelijen, Letjen William Boykin, juga pernah mengatakan, “Perang melawan teroris Islam sama dengan perang melawan setan.” 4 (VOA, 22/10/2003).
Ideologi Setan
Peristiwa 11/9 telah melegitimasi AS dan sekutunya untuk melakukan perang melawan teroris, dan membidik Islam yang dalam perspektif Barat diopinikan sebagai Islam garis keras.
Tetapi opini ini tidak mampu membendung gerakan perjuangan Islam ideologis yang memang anti kekerasan, sehingga AS dan sekutunya mulai frustrasi.
Maka propaganda Barat yang dimotori oleh AS, telah difokuskan ke arah perang terhadap ideologi, yaitu ideologi Islam. Mereka menyebutnya sebagai ideologi setan, yang propagandanya melambung setelah dilegitimasi dengan peristiwa bom London, (7/7) kemarin.
Tony Blair dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris, menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan 'ideologi setan' itu.
Dia menyatakan,”Mereka menuntut penghapusan Israel; penarikan semua penduduk Barat dari negeri-negeri Islam; tidak mengindahkan keinginan masyarakat dan pemerintah; penegakkan secara efektif negara taliban dan hukum syara di dunia Arab; merupakan sebuah jalur untuk satu khalifah bagi seluruh negeri muslim.”
Siapapun yang memiliki pemikiran tersebut digolongkannya sebagai ekstremis yang harus diperangi.
Lebih lanjut Blair pun menyebutkan bahwa para teroris itu membunuh tanpa batas, dan akan terus melakukan pembunuhan. Melawan teroris, diartikannya sebagai kemenangan nilai-nilai kebebasan, toleransi, dan penghargaan terhadap pihak lain, dalam perspektif ideologi kapitalisme yang dijajakan Barat.
Di CNN, Blair juga mengatakan bahwa memenangkan perang melawan teroris akan menjelaskan bahwa penindasan terhadap wanita dan penghinaan terhadap demokrasi adalah salah. (ttp://edition.cnn.com/2005/WORLD/europe/07/16/blair.bombings/)
Ini berarti, ideologi setan yang dimaksud Blair yang disepakati oleh negara-negara Barat adalah ideologi yang menebar teror/ancaman terhadap manusia dan mendorong untuk melakukan pembunuhan; menggunakan kekerasan dengan motif ideologi, dan mengancam nilai-nilai kemanusiaan; termasuk di dalamnya penindasan terhadap wanita, dan menentang kebebasan (demokrasi dan derivatnya).
Kapitalisme
Jika menilik kriteria ideologi setan yang dituduhkan Barat, sesungguhnya Barat tengah mengarahkan telunjuknya ke arah hidung mereka sendiri.
Sebab, Barat yang dikomandoi AS merupakan pengemban Ideologi Kapitalisme-Sekular, yang politik luar negerinya tidak lepas dari watak imperialisnya. Baik itu imperialisme gaya lama yang cenderung menggunakan kekuatan militernya, ataupun imperialisme gaya baru yang kemasannya cenderung lebih halus.
Seperti privatisasi, investasi, dan pasar bebas untuk penjajahan ekonomi, atau globalisasi, liberalisme, pluralisme agama, dan sekularisme untuk penjajahan kebudayaan atau peradaban, dan lain-lain. Namun, jika dengan neo-imperialismenya dianggap kurang ekonomis untuk mencapai tujuannya, maka AS dan sekutunya tidak segan-segan untuk menggunakan cara lamanya, yaitu penyerangan dengan kekuatan militer.
Peristiwa 11/9 yang sampai saat ini masih belum diketahui pelakunya, telah dijadikan alasan Barat (AS dan sekutunya) untuk menyerang Afganistan dengan kekuatan militer secara membabi buta.
Tuduhan adanya senjata pemusnah masal di Iraq yang ternyata tidak terbukti kebenarannya telah dijadikan alasan pula oleh Barat untuk menyerang Iraq dengan brutal yang telah menelan ratusan ribu korban jiwa.
Seorang pilot AS, Russ Wittenberg menyatakan, serangan terorisme 11 September 2001 merupakan ulah pemerintah Amerika sendiri.
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita IRNA yang menukil dari situs Arctic Beacon, Wittenberg, pilot Boeing yang berkarir selama 35 tahun di perusahaan penerbangan Pan American mengatakan, para pelaku aksi teror terhadap John F. Kennedy dan bandar Pearl Harbour, adalah pihak yang sama yang merencanakan serangan 11 September. (sumber Hidayatullah.com)
Hal lain yang menjadi bukti kerusakan ideologi Kapitalisme yang menjadi landasan negara-negara Barat, salah satu contohnya adalah rusaknya ide kebebasan yang menjadi ciri khas Kapitalisme.
Ide kebebasan telah melahirkan gaya hidup yang permisif yang merendahkan martabat manusia. Seperti kebebasan berekspresi atau kebebasan bertingkah laku, telah menjadikan manusia bebas melakukan apa saja termasuk didalamnya melakukan seks bebas, tampil bugil, homoseksual dan lesbianisme serta perilaku binatangisme lainnya. Tentunya hal ini sangat tidak sesuai dengan fitrah manusia.Mengenai kebebasan berpendapat, AS dan sekutunya cenderung menggunakan standar ganda, sebagaimana halnya menggunakan standar ganda dalam penyebutan terorisme.
Pemberangusan FIS di Aljazair oleh militer Aljazair yang didukung Barat, karena FIS dianggap tidak sejalan dengan kepentingan AS, adalah salah satu contohnya.
Dan pada saat yang sama Barat membiarkan serta menumbuhsuburkan Islam moderat, Islam liberal, feminisme dan sebagainya.
Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas, justeru kapitalismelah yang telah membelenggu kebebasan, menebar teror/ancaman terhadap manusia, mendorong untuk melakukan pembunuhan, menggunakan kekerasan dengan motif ideologi, dan mengancam kemanusiaan.
Dari sini semakin jelaslah bahwa ideologi kapitalisme; yang pada saat ini tengah eksis dan berupaya menancapkan hegemoninya di seluruh dunia, atas nama Pax America; itulah yang merupakan ideologi setan yang sesungguhnya.
Islam dan DaulahIslam merupakan dien yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual, tetapi mengatur segala aspek kehidupan. Karena Islam adalah sebuah mabda.
Yang dimaksud dengan mabda’ (ideologi), dalam hal ini, bukan semata-mata berupa pemikiran teoritis, melainkan pemikiran yang dapat dijelmakan secara operasional dalam realitas kehidupan.
Sebagai mabda’ (ideologi), Islam hanya layak disejajarkan—meskipun jelas tidak bisa disamakan—dengan dua ideologi lain yang ada di dunia, yakni: kapitalisme-sekular dan sosialisme-komunis.
Bedanya, Islam satu-satunya mabda’ (ideologi) yang sahih, karena bersumber dari Allah sang Pencipta, sedangkan dua ideologi lainnya adalah sesat karena semata-mata lahir dari akal manusia yang serba lemah.Jika Islam ideologis diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, maka akan mewujudkan rahmat dan kebahagiaan bagi siapapun, baik muslim maupun non muslim, seperti saat Rasulullah menegakkan Islam di Madinah.
Inilah hakikat Islam sebagai penebar rahmat atau Islam rahmatan lil ‘alamin, yang merupakan hikmah yang dapat kita lihat dan akan kita peroleh ketika Islam diwujudkan, berupa penerapan Islam di seluruh aspek kehidupan. (QS. Ibrahim:1, QS. Al Anbiya: 107, QS. Al Ahzab: 43,46, QS. Jaatsiyah: 20).
Keunggulan dan keagungan syariat Islam dalam menata kehidupan dan menyelesaikan berbagai problem kehidupan telah terbukti hampir 13 abad lamanya, dalam rentang waktu tahun 622 saat Rasulullah membentuk masyarakat Islam di Madinah sampai tahun 1924, saat berakhirnya kekhilafahan Utsmaniah di Turki di tangan seorang Yahudi Dumamah agen Inggris, Kemal Ataturk.
Sungguh Islam telah memperlakukan manusia secara adil, baik muslim ataupun non muslim. Dari sisi aturan muamalah, semua orang yang berstatus warga negara akan dipenuhi haknya oleh negara secara adil, baik muslim atau non muslim. Sedangkan dalam hak keyakinan agama, mereka tidak diganggu (QS al Baqarah:256).
Syariat Islam juga telah menjamin kemuliaan wanita dan menempatkannya setara dengan pria di hadapan hukum, sesuai dengan ketaqwaannya dihadapan Allah swt. Baik pria dan wanita sama-sama sebagai mukallaf. Mereka wajib mengimani risalahNya, dan menjalankan syariatNya. Siapapun di antara mereka yang tunduk pada syariat, Allah telah menyediakan baginya surga. Sebaliknya jika membangkang maka azab neraka telah siap menampungnya (QS.Al Ahzab: 35).Untuk menyebarkan dakwah Islam dan membebaskan mereka dari kesesatan dan kekufuran menuju cahaya Islam, kaum muslimin melakukan futuhat tanpa kekerasan. Apabila upaya itu dihalang-halangi secara fisik oleh penguasa kufur, maka berlakulah jihad fii sabilillah untuk menghancurkan penghalang fisik tersebut (QS.Al Baqarah:190).
Futuhat dalam Islam bukan untuk memusnahkan etnis, ataupun mengeruk kekayaan wilayah setempat. Hal ini berbeda dengan imperialisme Barat yang cenderung mengeksploitasi kekayaan wilayah jajahan yang melahirkan kemiskinan.
Ketika berjihad, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi saw. kaum Muslimin dilarang menghancurkan gudang makanan, membakar kebun dan pepohonan, serta membunuh wanita dan anak-anak atau warga sipil yang tidak terlibat dalam perang. Hal ini sangat berbeda dengan ideologi kapitalis yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh pada saat Amerika dan sekutunya membombardir Iraq dan Afganistan, mereka tidak segan-segan membantai warga sipil, membom perumahan penduduk, bahkan rumah sakit sekalipun.
Bagaimanapun, Barat dengan kekuatan negaranya yang dibangun atas dasar ideologi kapitalisme yang mengglobal, harus dihadapi dengan kekuatan negara yang dibangun di atas ideologi yang juga mengglobal. Dan negara tersebut yang tepat adalah 'Daulah Khilafah Islam'. Wallahu a'lam.
*) Penulis bekerja di Dep. Biologi FMIPA-ITB. Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia
Oleh : Hera Anggarawaty *)
11 September 2001 yang lalu, dunia terhenyak dengan runtuhnya menara kembar WTC dan rusaknya gedung Pentagon, yang diduga akibat ulah teroris. Walaupun belum ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab atas peristiwa ini, AS langsung menunjuk Al Qaidah sebagai pelaku.
Padahal sampai saat ini, tidak ada satupun pengadilan di AS yang mampu menunjukkan bukti, bahwa al Qaidahlah pelakunya. Terlebih lagi, sesaat setelah kejadian 11/9 tersebut, George W. Bush menyatakan bahwa perang melawan teroris (war on terrorism) sama dengan perang salib (Crusade).
Pernyataan ini mempertegas tuduhan seolah yang dimaksud teroris adalah Islam dan kaum muslimin, karena istilah perang salib (Crusade) dalam sejarah dunia adalah perang Kristen terhadap Islam yang pernah terjadi pada masa lampau.
Sekretaris Menhan AS Paul Wolfowitz, mengerucutkan pernyataan Bush dengan menyatakan bahwa perang melawan teroris (war on terrorism) pada hakikatnya adalah war on idea, yaitu perang terhadap Islam ideologis yang secara nyata bertentangan dengan ideologi kapitalisme-sekular yang menjadi landasan negara AS dan sekutunya.
Tidak hanya sampai di situ, sepekan setelah terjadi ledakan di London (16/7), PM Inggris Tony Blair, mengajak dunia untuk memerangi ekstremisme Islam yang dihasilkan oleh sebuah ideologi yang disebutnya sebagai 'ideologi setan'.
Pernyataan Blair benar-benar mempertajam makna ‘perang melawan terorisme' (war on terrorism) ala Amerika--dalam arti war on idea-- menjadi 'perang melawan ideologi setan' (war on evil ideology). Wakil Menhan AS urusan intelijen, Letjen William Boykin, juga pernah mengatakan, “Perang melawan teroris Islam sama dengan perang melawan setan.” 4 (VOA, 22/10/2003).
Ideologi Setan
Peristiwa 11/9 telah melegitimasi AS dan sekutunya untuk melakukan perang melawan teroris, dan membidik Islam yang dalam perspektif Barat diopinikan sebagai Islam garis keras.
Tetapi opini ini tidak mampu membendung gerakan perjuangan Islam ideologis yang memang anti kekerasan, sehingga AS dan sekutunya mulai frustrasi.
Maka propaganda Barat yang dimotori oleh AS, telah difokuskan ke arah perang terhadap ideologi, yaitu ideologi Islam. Mereka menyebutnya sebagai ideologi setan, yang propagandanya melambung setelah dilegitimasi dengan peristiwa bom London, (7/7) kemarin.
Tony Blair dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris, menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan 'ideologi setan' itu.
Dia menyatakan,”Mereka menuntut penghapusan Israel; penarikan semua penduduk Barat dari negeri-negeri Islam; tidak mengindahkan keinginan masyarakat dan pemerintah; penegakkan secara efektif negara taliban dan hukum syara di dunia Arab; merupakan sebuah jalur untuk satu khalifah bagi seluruh negeri muslim.”
Siapapun yang memiliki pemikiran tersebut digolongkannya sebagai ekstremis yang harus diperangi.
Lebih lanjut Blair pun menyebutkan bahwa para teroris itu membunuh tanpa batas, dan akan terus melakukan pembunuhan. Melawan teroris, diartikannya sebagai kemenangan nilai-nilai kebebasan, toleransi, dan penghargaan terhadap pihak lain, dalam perspektif ideologi kapitalisme yang dijajakan Barat.
Di CNN, Blair juga mengatakan bahwa memenangkan perang melawan teroris akan menjelaskan bahwa penindasan terhadap wanita dan penghinaan terhadap demokrasi adalah salah. (ttp://edition.cnn.com/2005/WORLD/europe/07/16/blair.bombings/)
Ini berarti, ideologi setan yang dimaksud Blair yang disepakati oleh negara-negara Barat adalah ideologi yang menebar teror/ancaman terhadap manusia dan mendorong untuk melakukan pembunuhan; menggunakan kekerasan dengan motif ideologi, dan mengancam nilai-nilai kemanusiaan; termasuk di dalamnya penindasan terhadap wanita, dan menentang kebebasan (demokrasi dan derivatnya).
Kapitalisme
Jika menilik kriteria ideologi setan yang dituduhkan Barat, sesungguhnya Barat tengah mengarahkan telunjuknya ke arah hidung mereka sendiri.
Sebab, Barat yang dikomandoi AS merupakan pengemban Ideologi Kapitalisme-Sekular, yang politik luar negerinya tidak lepas dari watak imperialisnya. Baik itu imperialisme gaya lama yang cenderung menggunakan kekuatan militernya, ataupun imperialisme gaya baru yang kemasannya cenderung lebih halus.
Seperti privatisasi, investasi, dan pasar bebas untuk penjajahan ekonomi, atau globalisasi, liberalisme, pluralisme agama, dan sekularisme untuk penjajahan kebudayaan atau peradaban, dan lain-lain. Namun, jika dengan neo-imperialismenya dianggap kurang ekonomis untuk mencapai tujuannya, maka AS dan sekutunya tidak segan-segan untuk menggunakan cara lamanya, yaitu penyerangan dengan kekuatan militer.
Peristiwa 11/9 yang sampai saat ini masih belum diketahui pelakunya, telah dijadikan alasan Barat (AS dan sekutunya) untuk menyerang Afganistan dengan kekuatan militer secara membabi buta.
Tuduhan adanya senjata pemusnah masal di Iraq yang ternyata tidak terbukti kebenarannya telah dijadikan alasan pula oleh Barat untuk menyerang Iraq dengan brutal yang telah menelan ratusan ribu korban jiwa.
Seorang pilot AS, Russ Wittenberg menyatakan, serangan terorisme 11 September 2001 merupakan ulah pemerintah Amerika sendiri.
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita IRNA yang menukil dari situs Arctic Beacon, Wittenberg, pilot Boeing yang berkarir selama 35 tahun di perusahaan penerbangan Pan American mengatakan, para pelaku aksi teror terhadap John F. Kennedy dan bandar Pearl Harbour, adalah pihak yang sama yang merencanakan serangan 11 September. (sumber Hidayatullah.com)
Hal lain yang menjadi bukti kerusakan ideologi Kapitalisme yang menjadi landasan negara-negara Barat, salah satu contohnya adalah rusaknya ide kebebasan yang menjadi ciri khas Kapitalisme.
Ide kebebasan telah melahirkan gaya hidup yang permisif yang merendahkan martabat manusia. Seperti kebebasan berekspresi atau kebebasan bertingkah laku, telah menjadikan manusia bebas melakukan apa saja termasuk didalamnya melakukan seks bebas, tampil bugil, homoseksual dan lesbianisme serta perilaku binatangisme lainnya. Tentunya hal ini sangat tidak sesuai dengan fitrah manusia.Mengenai kebebasan berpendapat, AS dan sekutunya cenderung menggunakan standar ganda, sebagaimana halnya menggunakan standar ganda dalam penyebutan terorisme.
Pemberangusan FIS di Aljazair oleh militer Aljazair yang didukung Barat, karena FIS dianggap tidak sejalan dengan kepentingan AS, adalah salah satu contohnya.
Dan pada saat yang sama Barat membiarkan serta menumbuhsuburkan Islam moderat, Islam liberal, feminisme dan sebagainya.
Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas, justeru kapitalismelah yang telah membelenggu kebebasan, menebar teror/ancaman terhadap manusia, mendorong untuk melakukan pembunuhan, menggunakan kekerasan dengan motif ideologi, dan mengancam kemanusiaan.
Dari sini semakin jelaslah bahwa ideologi kapitalisme; yang pada saat ini tengah eksis dan berupaya menancapkan hegemoninya di seluruh dunia, atas nama Pax America; itulah yang merupakan ideologi setan yang sesungguhnya.
Islam dan DaulahIslam merupakan dien yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual, tetapi mengatur segala aspek kehidupan. Karena Islam adalah sebuah mabda.
Yang dimaksud dengan mabda’ (ideologi), dalam hal ini, bukan semata-mata berupa pemikiran teoritis, melainkan pemikiran yang dapat dijelmakan secara operasional dalam realitas kehidupan.
Sebagai mabda’ (ideologi), Islam hanya layak disejajarkan—meskipun jelas tidak bisa disamakan—dengan dua ideologi lain yang ada di dunia, yakni: kapitalisme-sekular dan sosialisme-komunis.
Bedanya, Islam satu-satunya mabda’ (ideologi) yang sahih, karena bersumber dari Allah sang Pencipta, sedangkan dua ideologi lainnya adalah sesat karena semata-mata lahir dari akal manusia yang serba lemah.Jika Islam ideologis diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, maka akan mewujudkan rahmat dan kebahagiaan bagi siapapun, baik muslim maupun non muslim, seperti saat Rasulullah menegakkan Islam di Madinah.
Inilah hakikat Islam sebagai penebar rahmat atau Islam rahmatan lil ‘alamin, yang merupakan hikmah yang dapat kita lihat dan akan kita peroleh ketika Islam diwujudkan, berupa penerapan Islam di seluruh aspek kehidupan. (QS. Ibrahim:1, QS. Al Anbiya: 107, QS. Al Ahzab: 43,46, QS. Jaatsiyah: 20).
Keunggulan dan keagungan syariat Islam dalam menata kehidupan dan menyelesaikan berbagai problem kehidupan telah terbukti hampir 13 abad lamanya, dalam rentang waktu tahun 622 saat Rasulullah membentuk masyarakat Islam di Madinah sampai tahun 1924, saat berakhirnya kekhilafahan Utsmaniah di Turki di tangan seorang Yahudi Dumamah agen Inggris, Kemal Ataturk.
Sungguh Islam telah memperlakukan manusia secara adil, baik muslim ataupun non muslim. Dari sisi aturan muamalah, semua orang yang berstatus warga negara akan dipenuhi haknya oleh negara secara adil, baik muslim atau non muslim. Sedangkan dalam hak keyakinan agama, mereka tidak diganggu (QS al Baqarah:256).
Syariat Islam juga telah menjamin kemuliaan wanita dan menempatkannya setara dengan pria di hadapan hukum, sesuai dengan ketaqwaannya dihadapan Allah swt. Baik pria dan wanita sama-sama sebagai mukallaf. Mereka wajib mengimani risalahNya, dan menjalankan syariatNya. Siapapun di antara mereka yang tunduk pada syariat, Allah telah menyediakan baginya surga. Sebaliknya jika membangkang maka azab neraka telah siap menampungnya (QS.Al Ahzab: 35).Untuk menyebarkan dakwah Islam dan membebaskan mereka dari kesesatan dan kekufuran menuju cahaya Islam, kaum muslimin melakukan futuhat tanpa kekerasan. Apabila upaya itu dihalang-halangi secara fisik oleh penguasa kufur, maka berlakulah jihad fii sabilillah untuk menghancurkan penghalang fisik tersebut (QS.Al Baqarah:190).
Futuhat dalam Islam bukan untuk memusnahkan etnis, ataupun mengeruk kekayaan wilayah setempat. Hal ini berbeda dengan imperialisme Barat yang cenderung mengeksploitasi kekayaan wilayah jajahan yang melahirkan kemiskinan.
Ketika berjihad, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi saw. kaum Muslimin dilarang menghancurkan gudang makanan, membakar kebun dan pepohonan, serta membunuh wanita dan anak-anak atau warga sipil yang tidak terlibat dalam perang. Hal ini sangat berbeda dengan ideologi kapitalis yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh pada saat Amerika dan sekutunya membombardir Iraq dan Afganistan, mereka tidak segan-segan membantai warga sipil, membom perumahan penduduk, bahkan rumah sakit sekalipun.
Bagaimanapun, Barat dengan kekuatan negaranya yang dibangun atas dasar ideologi kapitalisme yang mengglobal, harus dihadapi dengan kekuatan negara yang dibangun di atas ideologi yang juga mengglobal. Dan negara tersebut yang tepat adalah 'Daulah Khilafah Islam'. Wallahu a'lam.
*) Penulis bekerja di Dep. Biologi FMIPA-ITB. Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar