Oleh : Hera Angarawaty
Aa (kelas 3 SD) diberi tugas untuk mencari
sejarah peristiwa Bandung Lautan Api.
Pada hari yang sama saat penugasan,Aa sudah minta tolong kami untuk bersama
mencari via google. Hanya saja kami, agak riskan jika gogling bareng Aa,
khawatir ada berita lain atau gambar lain yang nongol, yang jauh dari target.
Mengerti kan maksud saya. Akhirnya kami menjanjikan untuk membantu mencarikan.
Singkat
cerita ayahnya sudah menemukan salah satu sumber tentang Bandung Lautan
Api.Disave dan bersiap untuk diprint. Karena printer di rumah tak bisa
digunakan, maka kami perlu untuk mencetaknya di salah satu tempat fotokopi
terdekat, dengan tempat tinggal kami.
Akan tetapi, kami sempat terlupa, hingga Aa telat mengumpulkan tugasnya
ini. Kabar dari Aa, pengumpulan tugasnya tidak diterima karena terlambat dari
waktu yang ditentukan.
"Sudahlah,
lain kali Aa catat tugasnya supaya ingat," kataku saat itu.
Tugas
yang sudah diprin dan sempat dibaca pada malam sebelum hari Ujian Tengah
Semester sekitar sepuluh hari lalu, tergeletak di meja. Hal ini menjadi daya
tarik bagi ceuceu (6,5 th) yang baru bisa membaca.
Biasa
kan, kalau anak sedang belajar membaca, apalagi saat baru bisa membaca, segala
yang terlihat pasti dibaca. Begitu juga ceuceu. Hampir sama saat Aa juga dulu,
baru bisa membaca.
Biasanya
yang membuat tertarik untuk dibaca adalah tulisan- tulisan pendek dan berhuruf
ukuran besar. Semisal tulisan judul, merk di kemasan, tulisan di baju dan
lain-lain.
Amazing!
Walau ceuceu sudah menyukai buku sejak belum bisa membaca, dan sering membaca
sendiri buku-buku home library kami, dengan caranya (baca : menceritakan
gambar), Ceuceu ternyata tertarik untuk membaca tugas Aa tentang Bandung Lautan
Api. Padahal tulisannya cukup banyak untuk satu halaman A4, dengan ukuran font
yang umum untuk sebuah naskah.
Sambil
menyetrika, aku perhayikan rerus ceuceu. Awalnya ceuceu membaca dengan suara
cukup nyaring, dan agak terbata. Sekira satu alinea dia baca. Selanjutnya dia
membaca tanpa suara. Anteng. Saya perhatikan ada sekitar 1 halaman, dia
tuntaskan membaca. Lalu melihat-lihat ilustrasi yang ada pada tugas tersebut.
Di antaranya gambar tugu Bandung Lautan Api di Lapang Tegalega, ilustrasi
Bandung saat dibakar, dan kumpulan orang yang berduyun hendak mengungsi.
"Kasian
ya,Mak. Ini ada anak kecil ikut ngungsi," kata ceuceu
"Jadi
sedih, " lanjutnya lagi.
"Iya,
kan semua harus mengungsi, karena Bandung mau dibakar," kataku
"Saat
ini, yang lagi mengungsi tuh, anak-anak Suriah, Palestina, dan banyak lagi,
Ceu,' lanjutku.
"
Kenapa?" Tanya Ceuceu.
"Kan,
ada serangan dari musuh kaum muslimin, "kataku.
"
Oh iya,ya, orang palestina diserang sama Israel." Katanya lagi
Obrolan
terputus, saat ade Rumaysha meminta sesuatu.
***
Saat
Aa pulang sekolah, aku ceritakan obrolan dengan ceuceu tadi pagi kepada Aa.Aa
lurus saja. Ekspresinya biasa.
"Kalo
Aa, sedih kayak ceuceu ga? Da, Ceuceu mah merasa sedih lihat gambar Bandung
Lautan Api.'' Tanyaku ingin tahu perasaannya. Ingin tahu pendapatnya.
"
Ngga ah. Aa mah ngga sedih. Seneng malah." Masih dengan ekspresi lurus.
Wah,
kenapa ini? Kok malah seneng. Aku heran dan penasaran.
"Seneng
gimana, A?" Aku benar-benar ingin tahu.
"Iya,
seneng atuh. Kan supaya Belanda ga bisa bikin markas di Bandung." Jelas
Aa, sambil membuka kembali lembaran tugasnya itu.
"Oh,
begitu.Wah, kalo cita-citanya jadi tentara mah, begitu pendapatnya ya. Hebat
Aa.' Kataku lega.
Aa
yang bercita-cita jadi tentara yang hafiz Qur'an tersenyum. Kami saling
tersenyum.
Ternyata
ceuceu yang bercita-cita jadi gurunya dokter dan hafiz Qur'an berbeda sudut
pandang dengan Aa yang bercita-cita jadi tentara yang hafiz Qur'an. Insya
Allah.Semoga cita-cita kalian tercapai mutiara-mutiaraku. Semoga kalian menjadi
mutiara-mutiara umat, penjaga Islam yang terpercaya.Aamiin.
Cemara
Seasson , 12032018
-HA-
#AkademiMenulisKreatif
#PenulisBelaIslam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar