Jumat, 15 Juli 2016

HIDANGAN ITU

hidangan itu
diperebutkan
saling sikut
disantap dengan rakus
disayat-sayat
bak daging dalam piring
sebatang garpu menusuk
bagaikan sentuhan akhir
siap mengantarkan
menuju mulut-mulut lapar yang menganga

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibantai
di Rohingya
Palestina
Suriah
Afganistan
Kashmir
dan tempat-tempat yang tersembunyi
di ujung peta dunia

tersembunyi dari media
pun dari mulut-mulut pegiat HAM
tak terkecuali PBB si juru damai

OKI bisu
Rabithah Alam Islami kelu
para pemimpin muslim hanya mengutuk

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibuai
dengan iming-iming investasi asing
bagai balutan madu
yang diam-diam menyelimuti racun
memang sejatinya riba yang mencekik

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibelai
dengan janji palsu lima tahun sekali
itu terjadi di salah satu sudut bumi

hidangan itu
akan tetap jadi hidangan
selama tak ada khilafah
perisai kaum muslimin

Cimahi,15 Juli 2016
Hera Anggarawaty

Jumat, 08 Juli 2016

DI SUDUT PASAR


suasana hiruk pikuk
melayani ragam permintaan
memilih ragam komoditi
penjual dan pembeli berpeluh
rupiah berputar
hanya pada kelompok kecil yang berpunya
komoditi berpindah tangan
hanya pada pihak yang berkemampuan
walau harga begitu menjulang
pada satu pihak tak terasa isi kantong terkuras
pihak lainnya berupaya menggendutkan pundi-pundinya
selalu
pada setiap waktu
seiring perut-perut yang senantiasa berseru
seruan kebutuhan?
seruan keinginan?
seringkali tak ada beda
maka hilang kendali jadi biasa
karena dalam bingkai kapitalisme itu sah saja
menimbun
mengoplos
menipu
mengurangi timbangan
uang palsu
begitulah jika aturan manusia yang menjadi pegangan
keadilan?
keamanan?
perlindungan?
entah dimana
mengadu jadi tak urung
sebab proses yang begitu kusut
begitulah sistem kapitalisme yang amburadul

DI SUDUT PASAR


suasana hiruk pikuk
melayani ragam permintaan
memilih ragam komoditi
penjual dan pembeli berpeluh
rupiah berputar
hanya pada kelompok kecil yang berpunya
komoditi berpindah tangan
hanya pada pihak yang berkemampuan
walau harga begitu menjulang
pada satu pihak tak terasa isi kantong terkuras
pihak lainnya berupaya menggendutkan pundi-pundinya
selalu
pada setiap waktu
seiring perut-perut yang senantiasa berseru
seruan kebutuhan?
seruan keinginan?
seringkali tak ada beda
maka hilang kendali jadi biasa
karena dalam bingkai kapitalisme itu sah saja
menimbun
mengoplos
menipu
mengurangi timbangan
uang palsu
begitulah jika aturan manusia yang menjadi pegangan
keadilan?
keamanan?
perlindungan?
entah dimana
mengadu jadi tak urung
sebab proses yang begitu kusut
begitulah sistem kapitalisme yang amburadul