Kamis, 21 Februari 2013

5 W 1 H (Lima W satu H)

            Menulis memang mudah-mudah susah. Seringkali kita membutuhkan banyak latihan untuk dapat mulai menulis dengan  baik. Berbagai macam jenis tulisan tentulah banyak memiliki tingkat kesulitan tertentu, akan tetapi menumbuhkan kemauan dan keuletan untuk berlatih seringkali menjadi kendala utama. Teknik menulis sendiri sebenarnya dapat saja dipelajari kemudian.
            Menulis sebuah berita adalah jenis tulisan yang paling mudah, karena bahan tulisannya pun sudah jelas. Untuk menulis sebuah berita paling tidak diperlukan poin-poin yang sering disebut dengan 5W 1H, yaitu who, what, why, when, where dan how.  What, apa yang terjadi, atau ada peristiwa apa? Who, siapa yang menjadi sumber berita, siapa yang terkait dengan peristiwa tersebut. Kalau peristiwanya tabrakan, maka who di sini dapat menyangkut pelaku, saksi dan sebagainya. Why, mengapa peristiwa tersebut terjadi. Kurang lebih why berbicara tentang sebab munculnya kejadian.  When, kapan peristiwa tersebut terjadi, dan  where, dimana peristiwa itu terjadi. Sementara how adalah bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi. Jadi how ini lebih ke arah tahap demi tahap proses terjadinya suatu peristiwa.
            Untuk rekan-rekan sivitas akademika Departemen Biologi FMIPA-ITB, terutama rekan karyawan dan mahasiswa, dengan berpegang pada prinsip 5 W 1 H ini, paling tidak kita dapat mulai “iseng” menulis berita-berita di sekitar kampus kita dan hasil tulisannya dapat Anda kirimkan ke redaksi Warta. Selamat mencoba.

cat : tulisanku di warta no

Nomor 18, 20 Pebruari 2002, berhubung di rubrik selingan, jd tdk dicantumkan nama

Rabu, 20 Februari 2013

MEMBACA ALAM SEMESTA

Oleh : Hera Anggarawaty

Menikmati keindahan alam semesta bisa jadi merupakan hal yang biasa dilakukan oleh siapapun.  Kita pun seringkali merasakan kenyamanan tertentu manakala kita berada di tengah-tengah bentang alam yang indah. Jika kita sedikit   menyempatkan diri untuk “membaca”nya, maka akan dapat mengantarkan kita kepada Sang Pencipta. Itu menurut hemat penulis. Siapapun boleh saja untuk tidak sependapat. Namun, ada makna yang terkandung teramat dalam tatkala penulis membaca ayat,” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (TQS. Al Alaq :1).
Dari ayat tersebut, penulis mengambil pemahaman, mudah-mudahan tidak salah, bahwa perintah untuk membaca di sini, dimaksudkan untuk memahami sekaligus merenungkan apapun yang terpampang di hadapan kita, sehingga mengantarkan kita pada kenyataan bahwa manusia tidak mampu menciptakan semua itu kecuali Tuhan.
            Menurut penulis, sangatlah beruntung bagi orang-orang yang mempelajari ilmu alam, karena mereka diberi kesempatan lebih untuk berdekat-dekat dengan alam. Sehingga, kesempatan untuk  menemukan Tuhan lebih terbentang luas di hadapan  mereka.
            Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (TQS. Al Baqarah : 164).
Dari Firman Allah swt. tersebut, menambah keyakinan penulis bahwa memperhatikan alam semesta  memang akan lebih memberi kesempatan pada kita untuk menemukan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Penulis sendiri tidak mengkaji secara  langsung dan mendalam mengenai seluk-beluk alam. Namun, di sela-sela kesibukan dalam menentukan nomor-nomor untuk tesis, skripsi, buku  dan sebagainya, seringkali penulis perlu membaca secara sepintas isi dari buku atau laporan penelitian tersebut. Dengan demikian, kegiatan tersebut secara tidak langsung memberi kesempatan bagi penulis untuk sedikit memahami tentang Biologi sebagai ilmu yang sangat dekat dengan alam, walaupun pemahaman penulis itu masih sangat umum. Maklumlah penulis belajar Biologi secara formal hanya sampai sekolah menengah. Sisanya ya itu tadi, membaca sambilan. Yaa… hitung-hitung mempraktekkan  long life education. Karena dulu penulis pernah mendengar bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai liang lahat. Jadi selama hayat ini masih dikandung badan, berarti masih harus terus belajar.
            Kembali ke permasalahan awal, akhirnya dengan membaca sambilan  tersebut penulis sedikit mengetahui tentang rumitnya ‘pernak-pernik’ gen itu. Ada rekayasa genetika, yang penulis fikir  masih ada hal-hal yang perlu dikritisi. Penulis sedang mencoba mengkritisinya dari sudut etika Islam.  Penulis fikir walaupun awam tentang Biologi paling tidak penulis harus memiliki sikap tentang masalah ini sesuai keyakinan penulis, karena ini berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bukankah dari waktu ke waktu perkembangan peradaban itu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia? Jadi tentunya kualitas hidup yang baik sekaligus benar, itulah yang diperlukan.
Tentang masalah teori evolusi, yang penulis ketahui ada pihak yang menyatakan telah runtuh, ada pula yang masih gigih mempublikasikannya. Kita lihat saja yang mana yang akan terbukti benar.  Nah, teori evolusi yang berkaitan pula dengan teori asal mula kehidupan, nyambung sekali dengan masalah penciptaan.
Penulis juga selalu merasa tertarik untuk membaca mengenai kultur jaringan dan segala sesuatu tentang mikrobiologi. Demikian pula halnya dengan Fisiologi dan Biologi Perkembangan, tanaman obat dan yang lainnya. Jelasnya, baik bidang ilmu Biologi yang dikerjakan di laboratorium ataupun di alam terbuka dapat lebih memberi kesempatan untuk menangkap fenomena yang mengantarkan kepada Sang Pencipta.
            Contoh sederhana adalah mengenai tumbuhnya sebatang pohon. Dari mulai biji, kecambah, kemudian tumbuh daunnya lembar demi lembar. Lalu tumbuh pula cabang-cabang di sebelah kiri dan kanannya hingga menjadi pohon kecil. Akhirnya datanglah masa berbunga dan berbuah. Manusia menanam biji tersebut. Memberi pupuk, menyiangi gulma di sekelilingnya, menyiramnya dan merawatnya hingga tumbuh dengan baik. Kadang usaha untuk merawat tanaman tersebut berbanding lurus dengan hasilnya. Akan tetapi tidak jarang pula tanaman sudah dirawat dengan sangat baik, tetapi hasilnya sangat jauh dari harapan. Jadi apakah semua itu mutlak hasil manusia? Ternyata tidak.
Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata) : "Sesungguhnya kami benar-bemar menderita kerugian". (TQS. Al Waqi’ah 63-66).
Wallahu’alam.
Dimuat di : WARTA : Majalah Departemen Biologi FMIPA ITB, Nomor 18, 20 Pebruari 2002

"Tradisi" ke Perpustakaan :yang ringan yang terlupakan

            Tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar sivitas akademika sangat membutuhkan informasi penting yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ditekuninya, dan perpustakaan merupakan salah satu sarana tempat. mendapatkan informasi. Akan tetapi sesering apapun kita mendatangi perpustakaan, sering pula kita melupakan beberapa hal yang tampak sepele. Padahal, hal tersebut sangat penting dalam  menciptakan kenyamanan kita ketika mencari informasi di perpustakaan. Berikut ini adalah hal-hal yang sering terlupakan :
1.        Jika kita akan memasuki perpustakaan, alangkah baiknya jika kita membaca dahulu peraturannya, dan selanjutnya melaksanakan peraturan tersebut.
2.        Menyimpan tas di loker yang telah disediakan adalah hal penting yang tidak dapat kita abaikan, demi keamanan benda-benda yang kita bawa.
3.        Tidak berbicara keras sangat membantu terciptanya kenyamanan dan konsentrasi kita.
4.        Makan dan minum biasanya tidak diperbolehkan di perpustakaan, karena dapat mengotori ataupun membasahi bahan pustaka. Lambat laun hal tersebut akan menyebabkan tumbuhnya jamur, ataupun mengundang serangga. Akhirnya akan merusak bahan pustaka termasuk melenyapkan informasi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, akan menambah volume sampah di perpustakaan.
5.        Sebaiknya mencari bahan pustaka yang kita perlukan melalui sarana yang ada di perpustakaan, misalnya katalog atau melalui data base yang ada di komputer. Biasanya katalog dapat digunakan oleh siapapun yang datang ke perpustakaan. Adapun untuk menelusuri informasi pada data base, kita perlu bertanya dahulu kepada petugas, jika hal tersebut belum tercantum dalam peraturan yang sudah kita baca (lihat point 1). Kita perlu menanyakannya karena tidak semua perpustakaan menyediakan sarana penelusuran data base ini untuk semua pengguna.
Demikian hal-hal ringan yang sering kita lupakan, padahal sudah menjadi “tradisi” di setiap perpustakaan di manapun. Kita  perlu untuk memperhatikan (baca : melaksanakan) hal-hal tersebut, karena kebaikan dan manfaatnya adalah untuk kita juga.

catatan : tulisanku di Warta : majalah Dep.Biologi FMIPA ITB
            Nomor 17, 25 Januari 2002, krn masuknya rubrik selingan, jd tdk dicantumkan nama.

Rabu, 13 Februari 2013

DIGITALISASI PERPUSTAKAAN DEPARTEMEN BIOLOGI MENUJU KETERJANGKAUAN INFORMASI BAGI PENGGUNA

Dimuat di WARTA : Majalah Dep.Biologi FMIPA ITB

Nomor 16, 20 Nopember 2001


oleh :

Hera Anggarawaty

Perpustakaan Departemen Biologi

FMIPA-ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

 

Bukan hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa informasi merupakan salah satu kebutuhan yang termasuk penting dalam kehidupan kita. Laju perkembangan informasi sendiri ditentukan oleh dua hal, yaitu pengelolaan yang baik dan kegiatan tukar-menukar informasi. Kita seringkali mendengar bahwa perpustakaan adalah  tempat untuk mendapatkan informasi dalam  berbagai macam bentuk media, dapat berupa tercetak misalnya buku, jurnal, reprint, dan sebagainya; bahkan dalam bentuk elektronik seperti audio ataupun audio visual. Tidak hanya disimpan begitu saja, informasi itupun diolah sedemikian rupa agar mudah dalam menyimpan dan menemukannya kembali pada saat dibutuhkan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, internet dan elektronika,  ternyata perpustakaan tidak lagi hanya berupa ruangan yang di dalamnya tersimpan sekian judul buku, tetapi kini ada yang disebut sebagai Digital Library, atau Perpustakaan Digital. Menurut Wawang S. Sukarya (2001), perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai pelayanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang menggunakan informasi tersebut melalui perangkat digital atau elektronik. Obyek informasi dapat berupa ketersediaan yang langsung, misalnya dalam bentuk elektronik, atau tidak langsung yaitu masih berupa buku, namun dalam menata datanya sudah dalam format elektronik .
Ganesha Digital Library (GDL) ITB merupakan salah satu perintis perpustakaan digital di Bandung, bahkan mungkin di Indonesia yang telah diluncurkan di Bandung pada tanggal 3 Oktober 2000. GDL ITB dikembangkan oleh KMRG (Knowledge Management Research Group), CNRG (Computer Network Research Group) dan Perpustakaan Pusat ITB.   Perpustakaan digital tidak memerlukan ruangan yang besar sebagaimana halnya perpustakaan konvensional. Menurut Ismail Fahmi, ketua KMRG, sebuah komputer  pribadi (PC) atau bahkan sebuah laptop dapat dijadikan perpustakaan digital.

Perpustakaan Digital dan Tukar-menukar Informasi
            Telah diketahui secara umum bahwa di dalam perpustakaan sekian judul buku tidak ditumpuk begitu saja, tetapi diatur sedemikian rupa. Biasanya dikelompokkan menurut bidang tertentu, dengan sistem penomoran tertentu. Koleksi perpustakaan tersebut selain koleksi referen yang tidak dapat dipinjamkan, adapula yang dapat dipinjamkan kepada pengguna. Dengan adanya pelayanan peminjaman buku, maka penyebaran informasi pun terjadi. Hanya saja penyebaran informasi ini masih dalam lingkup yang sangat terbatas, karena seringkali tidak setiap orang terutama yang berasal dari luar instansi tempat perpustakaan tersebut bernaung, mendapat kesempatan yang sama untuk meminjam. Jika informasi yang dibutuhkan terletak di kota lain, waktu dan biayapun menjadi salah satu faktor yang menghambat.
Di dunia ini, tidak ada satupun perpustakaan yang sangat lengkap koleksinya, maka kerjasama antar perpustakaan atau terbentuknya suatu jaringan informasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.  Mengenai kerjasama antar perpustakaan, terdapat suatu pelayanan interlibrary loans, yaitu peminjaman antar perpustakaan sebagai salah satu wujud kerjasama antar perpustakaan. Dengan interlibrary loans ini kebutuhan informasi seorang pengguna dari suatu perpustakaan A dapat terpenuhi, walaupun informasi yang dibutuhkannya tidak dimiliki oleh perpustakaan tersebut. Dengan adanya layanan tersebut, perpustakaan A dapat meminjam koleksi yang dimaksud ke perpustakaan B.
Bentuk kerjasama perpustakaan lainnya misalnya kerjasama dalam pengadaan koleksi. Kerjasama ini merupakan jalan keluar bagi perpustakaan yang mempunyai dana yang sangat minim untuk pengembangan koleksi perpustakaannya. Ada pula kerjasama pengolahan, kerjasama  penyediaan fasilitas, kerjasama penyusunan katalog induk dan sebagainya.
Adapun mengenai jaringan informasi, ternyata pada 20 tahun silam, yaitu tepatnya pada tanggal 22-24  Juli 1971 di Bandung telah diselenggarakan suatu workshop yang berjudul “Workshop jaringan dokumentasi dan informasi ilmiah untuk Indonesia”. Dalam workshop itu diputuskan perlu adanya sistem jaringan informasi (Information Network) dan dokumentasi ilmiah. Keputusan lainnya adalah ditunjuknya Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN-LIPI) sebagai pusat informasi dan dokumentasi bidang ilmu pengetahuan teknologi (Basuki,1991; Sudarsono, 2001).
Menurut Sulistyo Basuki (1991), jaringan Informasi adalah suatu sistem terpadu dari badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis informasi, dan pusat informasi dengan tujuan menyediakan pemasukan data yang relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk keperluan masyarakat pemakai.
Dengan merujuk pada definisi jaringan informasi, maka perpustakaan digital memiliki peluang untuk pengembangan jaringan informasi yang relatif lebih baik dari jaringan informasi yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, dengan perpustakaan digital dapat lebih memungkinkan terwujudnya kerjasama antar perpustakaan secara lebih luas. Bahkan dengan perpustakaan digital siapapun dari tempat manapun akan dapat lebih mudah untuk mengetahui koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang jauh dari jangkauan tempat tinggalnya.  Adapun dengan terbentuknya jaringan kerjasama antar perpustakaan digital akan lebih memungkinkan lagi terwujudnya penyebaran  dan pemanfaatan informasi secara lebih luas, yang pada gilirannya akan mempengaruhi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada suatu masyarakat.

GDL Network dan IndonesiaDLN
            Baru-baru ini tepatnya pada tanggal 6 Juni 2001 yang lalu di Bandung, telah diluncurkan jaringan perpustakaan digital nasional yang bernama Indonesia Digital Library Network (IndonesiaDLN), dengan Ganesha Digital Library (GDL) Network sebagai salah satu sub jaringannya. IndonesiaDLN merupakan suatu sarana tukar menukar ilmu pengetahuan, yang meliputi berbagai instansi; berbagai tingkat pendidikan dari mulai play group sampai perguruan tinggi; berbagai lembaga penelitian, dan sebagainya. Pembentukan jaringan informasi ini didasari pada filosofi saling berbagi ilmu pengetahuan untuk seluruh umat manusia. Salah satu hal yang menarik dari IndonesiaDLN adalah  jaringan ini tidak terbatas pada gabungan lembaga atau institusi saja, tetapi secara individu pun dapat bergabung pada jaringan ini, bahkan warnet pun dapat bergabung.
            GDL Network sebagai sub jaringan IndonesiaDLN terdiri atas server-server perpustakaan digital yang menggunakan perangkat lunak GDL.  Perangkat lunak GDL ini merupakan perangkat lunak perpustakaan digital berbasis web pertama di Indonesia yang didistribusikan sebagai open-source dan free-software bersyarat (Fahmi, 2001). Dengan kata lain, perangkat lunak  ini dapat digunakan oleh siapapun secara gratis (tidak dikenakan biaya pembelian), dengan syarat yang bersangkutan sepakat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang dikelolanya dengan menggunakan  perangkat lunak GDL, kepada seluruh bangsa Indonesia melalui jaringan IndonesiaDLN.
            Perangkat lunak  GDL dikemas dalam tiga edisi, yang memungkinkan suatu institusi, individu, ataupun warnet dapat tergabung dalam GDL Network. GDL institution edition merupakan perpustakaan digital untuk organisasi atau institusi, seperti perguruan tinggi, lembaga riset, LSM, pemerintahan, bisnis dan lain-lain. Di dalamnya dikelola ilmu pengetahuan  yang dimiliki oleh anggota institusi yang bersangkutan.
            GDL personal edition  ditujukan bagi individu yang memiliki koleksi informasi yang cukup banyak, baik hasil karyanya sendiri maupun koleksi dari berbagai sumber, sedangkan GDL warnet edition membawa misi untuk menjadikan warnet (warung internet) sebagai perpustakaan digital yang akan mendekatkan informasi kepada masyarakat di sekitarnya.

Digitalisasi Perpustakaan Biologi FMIPA-ITB
            Setelah mengikuti serangkaian seminar mengenai perpustakaan digital yang diselenggarakan oleh perpustakaan pusat ITB sejak tahun 1999 sampai akhirnya Perpustakaan Pusat ITB bersama KMRG dan CNRG meluncurkan GDL (th. 2000) dan IndonesiaDLN (th.2001), memunculkan usulan agar perpustakaan Departemen Biologi dapat menjadi bagian dari GDL Network sekaligus juga bagian dari IndonesiaDLN.
            Usulan ini didasari pada pertimbangan bahwa Perpustakaan Biologi FMIPA-ITB merupakan salah satu perpustakaan di lingkungan ITB yang keberadaannya sangat penting artinya tidak hanya bagi civitas academica di lingkungan Departemen Biologi saja, tetapi juga dengan departemen terkait lainnya. Sebagai contoh pengguna lain di luar civitas academica Departemen Biologi cukup banyak, dan sering memanfaatkan koleksi perpustakaan Departemen Biologi.
            Dengan digitalisasi, pengguna di luar Departemen Biologi dapat mengetahui koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Biologi tanpa harus mendatangi perpustakaan, sehingga pengunjung perpustakaan Biologi akan semakin terseleksi. Karena kadang-kadang pengunjung Perpustakaan Biologi melebihi kapasitas ruangan yang tersedia.
            Pertimbangan lain adalah koleksi skripsi S1, tesis S2, dan disertasi S3, terutama lebih banyak berada di perpustakaan departemen dibandingkan di perpustakaan pusat. Selain itu, hasil-hasil penelitian yang telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit itupun kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas, karena upaya untuk mempublikasikannya masih kurang. Dengan demikian, perpustakaan digital dapat menjadi salah satu alternatif untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian tersebut.
            Sehingga merupakan satu hal yang wajar apabila perpustakaan Departemen Biologi tergabung dalam GDL Network, karena selain pertimbagan-pertimbangan di atas, perpustakaan Departemen Biologi juga merupakan salah satu perpustakaan departemen di lingkungan ITB yang secara tidak langsung menginduk  ke Perpustakaan Pusat ITB. Salah satu fungsi perpustakaan pusat adalah membina perpustakaan-perpustakaan departemen yang dilingkupinya, walaupun semua kebijakan dikembalikan lagi kepada pimpinan masing-masing departemen dan sivitas akademika-nya.*

Pustaka:
1.Basuki, S. 1991 Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

2. Fahmi, I. 2001. Pendayagunaan Digital Library Network untuk Mendukung Riset Nasional. Makalah yang disampaikan pada acara Sosialisasi GDL Network di Departemen Biologi FMIPA-ITB,

3.----------------. 2000. Peluncuran Ganesha Digital Library ITB : Pers Release. Bandung, 2 Oktober.

4. Sudarsono,B. 2000. Beberapa catatan bagi pembangunan Indonesia Digital Library Network (IDLN). Makalah Seminar Internasional Jaringan Perpustakaan Digital di Bandung, 2 Oktober.

5. Sukarya, W.S. 2001. Pengembangan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Makalah Seminar Internasional Jaringan Perpustakaan Digital di Bandung, 6-7 Juni.